Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

Hadiah 100 Juta Untuk Apa? [Day 29]

| on
Selasa, Desember 18, 2018
Saat saya masih SMA dulu, ada seorang guru baru dari Bali dan jadi orang yang paling dicari oleh para siswa perempuan. Bukan karena parasnya yang ganteng (dia sudah menikah dan sudah punya satu anak laki-laki), tapi karena dia katanya bisa 'meramal' masa depan hanya dari melihat tulisan tangan.

Awalnya saya ngga terlalu exited sama keinginan untuk diramal. Saat semua antri panjang dan hanya dapat janji-janji saja untuk diramal, entah bagaimana awalnya saya malah dapat 'ramalan' itu dengan mudah. Saat beliau mengajar di kelas saya, setelah saya mengumpulkan tugas di meja guru, sambil membawa selembar kertas binder, saya tanya ke beliau bisa ngga menuliskan 'ramalan' tentang saya. Saya bilang, 'saya sudah menulis nama dan kelas saya, Pak. Jadi, Bapak tinggal mengisi saja sisanya."

Eh, tiba-tiba Beliau bilang, "Oke. Sini kertasnya". Wah, jawaban yang ngga disangka-sangka. Lekas saya sodorkan kertasnya dan menunggu di depan meja sambil jongkok melihat beliau menulis. Ngga sampai lima menit, beliau bilang, "Bacanya di asrama saja. Jangan di sini".

Saat di asrama, saya baca cepat semua yang beliau tulis dari atas sampai bawah. Senyum-senyum sendiri, lalu kembali membaca dan kali ini agak lambat sambil meresapi. Karena saya bukan tipe orang yang percaya begitu saja dengan ramalan, akhirnya kertas itu berakhir di binder khusus untuk menyimpan kenangan-kenangan masa SMA. Sampai sekarang masih ada.

Tapi saya ingay satu kalimat yang beliau tulis tentang rejeki. Dalam tulisan itu, beliau mengatakan: Rejeki kecil disyukuri. Apalagi rejeki besar.

Sekarang, ketika sudah tau rasanya susah mencari uang sendiri, saya rasa kalimat dari beliau ada benarnya. Mungkin kalimat itu bukan ramalan, tapi sebuah pesan. Tetapi karena jiwa remaja yang masih suka hura-hura, saya anggap itu sebuah angin lalu.

Betul memang, sekecil apapun yang diterima, patut untuk disyukuri. Di situ ada keringat kita yang setiap hari mengalir, di situ ada waktu yang terpakai, dan di situ ada energi yang tergali. Ketika kita tidak mensyukurinya, bukankah sama saja dengan kita tidak menghargai upaya kita sendiri?

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana saat saya mendapatkan rejeki berupa uang yang sangat banyak? Anggaplah saya dapat hadiah mengikuti sebuah lomba dan memenangkan hadiah 100 juta. Untuk apa uangnya?

100 juta bagi saya banyak, melimpah bahkan. Jadi saya akan memikirkan betul, untuk apa uangnya.

UMROH

Dalam tulisan saya sebelumnya tentang tempat yang ingin saya datangi, salah satunya memang dalam tujuan umroh. Kalau haji, InsyaAllah prosesnya sudah berjalan. Tapi hati ingin segera datang Baitullah ini, sudah ngga tertahankan. Ingin segera ke sana, ingin segera menikmati memandang Baitullah, ingin segera menikmati beribadah bersama umat islam lainnya.

BALIK NAMA RUMAH

Rumah yang saya tempati sekarang itu, sebenarnya adalah rumah yang tanpa saya kira bakal saya tempati. Anak mana yang tidak ingin hidup mandiri setelah dia menikah? Saya pun juga seperti itu. Selang 5 tahun menikah, saya sama suami akhirnya memutuskan hidup mandiri dengan tidak serumah dengan orang tua saya.

Untuk mewujudkan itu, saya dan suami riwa-riwi cari rumah. Mau rumah baru atau rumah second, ngga masalah. Tapi Tuhan sudah memberikan jalannya masing-masing. Dari banyak rumah yang kami lihat, ngga ada satupun yang cocok. Lha kok suatu malam Bapak memanggil saya dan suami, menawarkan tanah sebelah rumah adik untuk didirikan rumah buat kami.

Kaget juga sih, karena sebenarnya kami benar-benar ingin tidak bergantung pada orang tua. Tapi melihat Bapak dan Ibu yang memberikan penawaran dengan segala opsi baik buruknya, akhirnya kami menerima dengan senang hati. Dengan syarat, isi rumah kami yang mengatur. Bapak Ibu setuju. Alhamdulillah.

Sedihnya kami, baru menempati belum setahun, Bapak sudah meninggal. Orang jawa bilangnya, Bapak nepak-nepakno saya sama suami. Sebelum meninggal sudah menyiapkan semua dengan baik untuk anak-anaknya. Tinggal balik nama saja, karena tanah yang dibangun rumah ini masih termasuk bagian dari rumah adik.






Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Jangan lupa kasih komen setelah baca. Tapi dimoderasi dulu yak karena banyak spam ^____^

Custom Post Signature

Custom Post  Signature