Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

Yuk, Ikutan Kegiatan Kampung Fiksi!

| on
Kamis, Februari 20, 2014
credit
Yuk, Ikutan Kegiatan Kampung Fiksi! - Saat para admin Kampung Fiksi memutuskan untuk launching, saya exited sekali. Apalagi saat mereka iming-iming akan ada banyak kegiatan yang akan mereka tawarkan. Dan saya mengikuti apapun kegiatan mereka *halah* kecuali, ya tentu saja, workshop. Gimana mau ikutan, workshop mereka selalu diadakan di Jakarta. Arrgg!! Gresik-Jakarta mah jauhnya sekali. Dan kegiatan mereka, sumpah ya, bisa tingkatkan kemampuan kita untuk belajar fiksi lho. Buzzer nih? Nggak! Tapi memang saya merasakan sendiri kok manfaatnya.

Ini nih kegiatan Kampung Fiksi yang pernah saya ikuti. Simak baik-baik ya. Siapa tahu kalian semua mau ikutan ^^

1. J50K. Siapa yang nggak tahu J50K angkat tangan? Tiap tahun, saya usahakan buat ikutan J50K yaitu menulis sebanyak 50.000 kata selama bulan Januari. Saya sudah ikutan 2 tahun ini dan keduanya gagal *nangis di kamar mandi*. Januari 2013, saya ikut dengan harapan bisa menyelesaikan kumpulan cerpen. Tapi karena saya tidak membuat draftnya, gagal deh. Lalu, Januari tahun ini, gagal lagi. Sebabnya memang lebih pada aktivitas saya di dunia nyata. Selengkapnya, silahkan baca di sini yaaaa...

2. Book Traveling Campaign (BTC). Kegiatan ini pertama kali muncul saat mbak G nulis status di facebook kalau ingin ‘jalan-jalankan’ bukunya yang berjudul Jazz, Parfum dan Insiden karangan Seno Gumira. Saya semangat buat ikutan dan bersedia memberikan komentar untuk buku itu. Dan terbanglah buku itu ke beberapa teman-teman Mbak G, termasuk saya. Kemudian Mbak G membuat sebuah grup khusus untuk BTC dan banyak teman-teman yang akhirnya bersedia meminjamkan bukunya untuk diberi komentar oleh orang lain. Saya suka kegiatan ini. Kenapa? Siapa sih yang melewatkan kegiatan baca buku gratis dengan modal mau memberikan komentar setelah membacanya? Ah, sayang kalau melewatkan itu bukan?

3. Lomba menulis. Salah satu alasan saya ikut lomba menulis di Kampung Fiksi adalah karena tergiur hadiahnya. Haha, matre banget ya? Tapi memang itulah salah satu alasannya. Secara, Kampung Fiksi selalu memberikan hadiah yang menggiurkan kalau ada lomba menulis. Gadget, modem, paket buku, kesempatan menjadi peserta online class. Siapa yang nggak tergiur coba? Termasuk artikel ini, juga saya ikutkan lomba ultahnya Kampung Fiksi. Tulisan lain yang saya ikuti adalah #Postcard Fiction : Untuk Pak Dayat, #Postcard Fiction : Ulang Tahun Rico, Review Buku Macaroon Love, dan event #Postcard Fiction edisi valentine.

4. Online Class. Waktu mbak Winda menulis status tentang online class yang diadakan di bulan Desember 2013, saya sebenarnya belum yakin benar mau ikutan. Ada dua grup yang memberikan penawaran *kan jadi galau* dan juga karena bulan Desember-Januari saya banyak kegiatan di dunia nyata. Tapi, akhirnya saya daftar juga. Dan saya tidak menyesal! Dari sana belajar membuat draft novel yang rapi dan belajar memantapkan hasil tulisan kita. Ya, meskipun saya nggak mengumpulkan tugas terakhir, tapi sampai; sekarang saya masih berharap admin online class mengirimkan feedback dari tugas saya kemarin :p

Ah, pokoknya nggak menyesal ikutan kegiatan-kegiatan yang diadakan sama Kampung Fiksi. Harapan saya sih, Kampung Fiksi mengadakan workshopnya di kisaran Surabaya. Kan deket tuh Surabaya-Gresik *sogok admin pakai magnum*.

***

"Ikut memeriahkan ultah Kampung Fiksi yang ke-3 bersama Smartfren, Mizan, Bentang Pustaka, Stiletto Book dan Loveable."

Kesedihan dan Kebahagiaan Selalu Datang Bersamaan

| on
Selasa, Februari 18, 2014
credit

Kesedihan dan Kebahagiaan Selalu Datang Bersamaan - Hari Sabtu lalu, 15 Februari 2014, saya dan beberapa teman kerja *sahabat-sahabat baru* berencana sepulang kerja membesuk seorang teman kerja yang masuk rumah sakit karena penyakit jantung. Karena rumah sakitnya di Rumah Sakit Syaiful Anwar, Malang, kami rencanakan berangkat secepat mungkin. Ya, Malang sekarang sudah menjadi kota yang macet sejak banyak wisata keluarga yang dipusatkan di sana. Sedangkan dalam rombongan, saya dan seorang teman sudah memiliki anak, sedang yang lainnya masih pada jomblo. Jadi, rombongan juga mempertimbangkan anak yang kami tinggal juga *peluk teman-teman, terima kasih*.

Teman saya yang masuk rumah sakit ini, panggil saja Hani. Penyakit jantung yang dia idap, sebenarnya sudah sejak kecil karena memang merupakan jantung bawaan. Sebelum ini, dia sudah pernah masuk ICU di salah satu rumah sakit swasta di Gresik. Kalau yang sekarang, karena ayah yang terkena glukoma dan kakak perempuan yang sudah memiliki pekerjaan tetap di Malang, akhirnya diputuskan dia dipindah ke Malang saja.

Kami, para sahabatnya, sempat shock juga saat mendengar kondisi dia drop beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit. Seorang sahabat, malah membawa dia untuk istirahat di rumahnya supaya Hani bisa diawasi dengan baik *FYI, Hani masih single*. Dan saat kondisi dia benar-benar drop, akhirnya kami ikhlaskan dia untuk dirawat di rumah sakit di Malang. Dan ya, kami putuskan untuk menyambangi dia. Meskipun memang kami tak bisa membantu banyak, tapi setidaknya kami ingin hadir di hari-hari saat dia di rumah sakit.

Melihat kondisi dia kemarin dan mendengar cerita dari kakaknya, beberapa dari kami menangis. Kasihan. Air mata saya sempat menggenang, tapi tak saya jatuhkan. Entah, saya hanya ingin Hani melihat saya tak menangis. Itu saja. Tapi, saat sampai di rumah, saat berdoa untuk dia, saya menangis habis-habisan. 

Saya tak ingin menceritakan apa saja yang membuat sakit dia semakin parah, biarlah itu menjadi masa lalu Hani dan setelah ini, biarlah dia yang membatasi semuanya. Yang saya dan para sahabat harapkan adalah supaya dia diberi kesembuhan. Tak ada yang lain. Mengingat usia dia masih belum tiga puluh tahun, mengingat dia masih memiliki banyak mimpi, mengingat dia masih memiliki semangat yang tinggi ala anak muda. 

Begitulah.


Dan saat kami mengunjungi Hani, saya sempatkan untuk kopdar dengan salah satu blogger yang pawai memainkan kata dalam fiksinya. Nina Noichil. Dia salah satu dokter di rumah sakit tempat Hani di rawat, jadi ya, sekalian saja  saya ajak kopdar singkat. Mendadak memang, karena saya pikir dia sedang tugas di luar kota *setahun dia pernah di Alor*. Sebelum berangkat ke Malang, saya whatsapp dia, dan ternyata posisi dia sekarang sedang di Malang.
(photo by Nina)

Nina, perempuan manis yang ramah dan mudah bersahabat. Tak sungkan dia pegang tangan saya saat ceritanya kadung seru. Dan juga tak sungkan dia menerima pelukan saya saat kami pertama bertemu. Nina, perempuan yang pintar bermain kata. Jujur saja, sejak membawahi Berani Cerita dan gabung di MFF, saya  penasaran bagaimana sosok asli bu dokter ini. Dan ya, memang dia pintar. Dari cara dia bertutur kata, cara dia menyampaikan buku-buku favoritnya, cara dia bercerita tentang penggalian ide, semua mencerminkan tulisan-tulisan dia di blognya.

Saya senang, bisa kembali kopdar dengan salah satu blogger kenalan saya. Meskipun memang waktu yang akhirnya menjadi batasan obrolan kami, tapi saya bersyukur bisa bertemu Nina. Lagi-lagi, saya kopdarnya dadakan. Seperti saat saya kopdar dengan Mbak Dey dan Teh Nchi Hani saat di Bandung kemarin.

Dalam perjalanan kembali ke Gresik, saya akhirnya menyadari, bahwa kesedihan itu selalu bersamaan dengan kebahagiaan. Hm, bukankah memang di dunia ini, Tuhan sudah membuat segala itu berpasangan? Dan bukankah pasangan itu selalu berjalan beriringan? Saya ingat kembali, saat seorang teman mengajar kehilangan ibu mertuanya saat dia akan berangkat umroh. Atau para korban gunung Kelud yang harus mengungsi tapi nantinya mereka akan mendapatkan berkah dari material-material gunung Kelud yang menyuburkan tanah mereka. Atau seorang sahabat yang diangkat menjadi PNS di Cirebon tapi harus berpisah dengan keluarganya di Gresik. Dan masih banyak lagi contohnya.

Begitulah kawan. Kesedihan dan kebahagiaan selalu datang bersamaan. Saat kita menyesali sesuatu, saat kita terpuruk, saat kita sangat sedih, ada saat dimana kita pasti mendapat kebahagiaan. Tinggal bagaimana kita lebih peka pada apa yang kita alami.

Salam sayang,
Miss Rochma

Yuk, Chatting Dengan Bahasa Yang Sopan

| on
Senin, Februari 10, 2014
credit from google

Yuk, Chatting Dengan Bahasa Yang Sopan - Beberapa saat yang lalu, seorang teman saat kuliah dulu mengajak saya untuk membuat grup di BBM yang nantinya untuk mempertemukan teman-teman angkatan kami. Saya sih oke-oke saja. Dan jadilah grup itu, meskipun saya menganggap munculnya grup ini agak telat. Lulus udah enam tahun, tapi grup baru muncul. Hihi, mungkin lebih tepatnya baru ramai idenya setelah yang pakai android disediakan BBM. Tapi bukan tentang android atau BBM yang akan saya ceritakan nanti.


Lanjut ceritanya, sesi kangen-kangenan pun dimulai. Ada yang saling candain, ada yang saling tukar informasi, saling mengingat kenangan masa kuliah, dan lainnya. Senang banget rasanya, ya secaralah, lama nggak bertegur sapa. Waktu itu saya seneng banget, soalnya satu per satu teman ikutan gabung dan makin beragamlah obrolan kita. Hingga bergabunglah salah satu teman saya, sebut saja namanya A. Saya paham betul, berdasar sifat supelnya yang saya tahu sejak kuliah dulu, dia menyapa teman-teman semua. Gayanya masih sama seperti masa kuliah dulu, masih asyik meskipun sedikit menusuk-nusuk di hati bagi orang yang tak kenal dirinya. 


Saat asyik-asyiknya dia rumpi-rumpi dengan teman-teman yang lain, tiba-tiba teman saya yang berinisal B mengoda si A. Dan berlangsunglah guyonan antara mereka berdua, kami hanya silent rider aja. Eh, kok tiba-tiba obrolan mereka jadi berasa ada aura marah *istilah apaan sih ini?* dan kalimatnya jadi aneh-aneh. Ya, sebagai salah satu adminya, saya berusaha tengahi dengan bahasa candaan biar ngga tersinggung. Tetep ngga mempan. Akhirnya si B saya PM karena dia dekat dengan saya waktu kuliah dulu. Maksud hati ingin menegur dengan bahasa yang bersahabat supaya 'candan' dengan si A dihentikan. Tak berhasil. Ya sudah, saya amati lagi 'candan' mereka di chat.


Candaan yang makin lama makin 'panas' itu, berakhirlah dengan keputusan si A untuk keluar dari grup. Sempat saya kecewa karena kami sebagai admin, mengetahui kalau ada anggotanya yang keluar dari grup karena nggak nyaman. Dari obrolan saya dan si A lewat PM, dia merasa ada ketidaknyamanan gabung di grup. 


Saya jadi lenger-lenger sendiri setelah kejadian ini. 


Betul memang, bahwa kita itu perlu sekali memiliki kemampuan untuk berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan. Sering kali kita tidak memperhatikan ini, apalagi jika lawan bicara kita itu adalah orang sudah dekat dengan kita. Terbiasa bercanda, terbiasa lempar guyonan, membuat kita tanpa sadar terbawa dengan suasana seperti itu. Yang terkadang batas kesopanan itu kita langgar.


Selain ngobrol secara langsung, sehari-hari kita juga ngobrol di chat, membalas komentar di facebook atau blog, atau sekedar sms. Saat ngobrol melalui chat seperti ini, kita tidak menatap langsung mimik wajah lawan bicara kita. Kita tidak tahu apakah dia sedang tersenyum, cemberut, mengerutkan dahi, menggeleng, dan sebagainya. Saat kita membalas obrolan, kita tak tahu apakah dia benar-benar menikmati obrolan, apakah dia benar-benar suka dengan kalimat-kalimat yang kita lontarkan, dan kita juga tidak tahu apakah suasana hati dia sedang bahagia atau sedang murung.
Untuk terus menjalin silaturrahmi, baiknya kita tetap mempertahankan kesopanan saat berbicara. Kita tak ingin bukan kehilangan teman hanya karena kita maunya bercanda, eh, dianya tersinggung. Oh tidak!! Tenggelam saja di bumi kalau itu terjadi pada saya. Bolehlah kita bercanda, tapi tentunya jangan sampai menyinggung perasaan lawan bicara kita bukan? 



Jadi, mari terus berperilaku dan bertutur kata yang baik dan sopan. Yuk, chatting dengan bahasa yang sopan. Silaturrahmi terjaga, hati juga tenang.


Salam damai,
Miss Rochma

Tentang Event J50K dan Tips Menulis untuk Mengikutinya

| on
Senin, Februari 03, 2014
credit
Menulis sebanyak 50.000 kata selama sebulan? Mungkinkah? Oh, mungkin saja. Meskipun saya masih meragukan untuk menulis sebanyak itu dalam waktu sebulan. Masa banyak sih? Eits, 50.000 kata itu sangat banyak sekali lho! Masa sih? Kan kita biasa bikin artikel di blog sebanyak 700-1500 kata sehari. Ya, ya, ya, itu kalau di blog lho ya. Syukur-syukur kalau nulis di blognya tiap hari dengan jumlah segitu, pasti 50.000 kata tercapai. Tapi, kadang kitanya ini luput mau nulis blog tiap hari karena sibuknya aktifitas kita di dunia nyata.

Dan, Kampung Fiksi mengadakan event tiap tahun buat menulis 50.000 kata setiap bulan Januari. Akhirnya, nama J50K muncullah sejak tiga tahun yang lalu. Saya, sudah ikutan selama 2 tahun ini. Tapi selalu saja gagal buat capai goal. 2 tahun yang lalu, gagal total karena saya nggak buat draft meskipun niatnya hanya mau membuat kumpulan cerpen. Meskipun membuat cerpen tiap hari, tapi perlu kumpulan ide dan plot sederhana supaya pengerjaannya mudah. Dan saya melewatkan proses itu.

Dan tahun ini, saya gagal lagi. Berhenti di 24.985 kata. Plot yang sudah saya siapkan, tidak bisa saya selesaikan. Konflik antar tokoh, juga belum ada jalan keluarnya. Proses editing? Apalagi itu, belum sama sekali karena naskahnya belum kelar.
Itu tuh, total kata yang saya dapatkan :)


Ada rasa menyesal karena tidak menyelesaikan goal saya tahun ini. Tapi bagaimana lagi? Selama seminggu, saya dan Arya sama-sama terkapar karena batuk pilek. Belum lagi, di awal Januari, saya membantu ibu mengurus pernikahan adik. Ah, itu semua adalah sebagian alasan kenapa saya gagal capai goal. Alasan lain? Karena ada masalah pribadi yang harus diselesaikan. Akhirnya, saya harus puas capai 24.985 kata dan harus mampu mencari-cari penyebab saya nggak bisa konsisten menulis. Hihi..

Baiklah, baiklah, saya tidak akan meratapi nasib karena tidak bisa capai goal *saya nggak mau menangis berdarah-darah*. Lebih baik, saya bagi tips menulis buat pembaca tulisan saya ini, yang berniat tahun depan ikutan J50K. Check it out!

1. Siapkan niat yang teguh untuk menulis 50.000 kata selama sebulan. Niat, niat, niat! Apalagi sih kalau nggak niat? Kalau kitanya setengah-setengah, nggak akan tuh selesain goal kita.

2. Siapkan draft dan hasil riset sebelum Januari. Kalau kita memang mau buat sebuah novel atau kumpulan cerpen, siapkan draft yang sudah matang betul sebelum Januari itu. Dan riset sudah kita lakukan setelah draft itu selesai. Kalau kita garap draft dan riset bersamaan dengan menulis saat even J50K, bisa jadi kitanya malah keteteran dan target nggak akan terselesaikan.

3. Sediakan waktu khusus untuk menulis. Memang ada beberapa orang yang kalau menulis bisa kapan saja. Tapi lebih efektif lagi kalau menulisnya itu terjadwal dan tidak menganggu aktifitas sehari-hari. Sebagai tambahan, kita bisa menulis di waktu-waktu longgar. Misalnya, setelah makan siang, saat pekerjaan rumah tangga selesai semua, atau sambil nungguin suami pulang kerja. 

4. Selalu jaga kesehatan. Ini terbukti sekali! Kalau kesehatan kita terganggu, mikir aja susah. Apalagi mau lanjutin tulisan kita?

5. Selalu sediakan antangin untuk antisipasi masuk angin. Hahaha, serius lho! Apalagi yang punya jadwal nulis dini hari macam saya. Menulis setelah menidurkan Arya sambil nunggu Papa pulang, atau bangun dini hari jam 3 pagi untuk melanjutkan menulis, harus benar-benar melawan hawa dingin Januari yang sok-sok romantis itu.

6. Kopi! Saya suka kopi yang dingin, meskipun nggak selalu tiap hari saya minumnya. Lawan kantuk dengan kopi memang efektif. Itu sudah trik lama bagi penulis. Hayhay..

7. Jangan ngemil. Walah, ngemil saat menulis itu nggak ampuh buat saya, Sodara! Yang ada, malah ngemil terus dan saking asyiknya akhirnya tulisannya terbengkalai. Trus kalimat-kalimat yang melayang-melayang di otak itu hilang seketika.

8. Menulis status di facebook tentang J50K dan tetek bengek keberhasilan kita, boleh-boleh saja kok. Nantinya, komentar teman-teman itu akan membakar semangat kita. Apalagi kalau sudah di minggu-minggu terakhir, semangat kita kadang sudah menurun.

9. Jangan baca buku saat proses menulis. Ini akan mempengaruhi pembentukan karakter tokoh kita. Karakter tokoh yang sudah kita draft sebelumnya, secara tidak sadar akan terpengaruh juga dari karakter tokoh di novel yang kita baca. Apalagi kalau novel yang kita baca itu ternyata apik dan membekas di hati. 

10. Lanjutkan menulis berapapun jumlah kata yang kita dapatkan. Sudah, jangan pedulikan itu jumlahnya masih sedikit atau sudah banyak. Tulis saja. Mumpung kalimat-kalimat itu masih terbang di otak.

11. Kalau tidak selalu bertemu laptop atau komputer, kita bisa pakai ponsel atau menulis di kertas. Mungkin ada yang kurang terbiasa menulis di ponsel atau malah mengetik ulang tulisan yang ada di kertas. Tapi, lagi-lagi ya, supaya kalimat-kalimat di otak itu segera tertuangkan dan tidak kabur.

Oke, oke. Mungkin begitu saja cerita dari saya tentang J50K dan tips dari saya untuk siapa saja yang mau ikutan J50K tahun depan. Silahkan digunakan kalau itu cocok dengan gaya menulisnya kalian. Yang penting adalah teguhkan niat lalu menulis. Biarpun isi tulisan itu banyak sampahnya, nanti kan ada proses editing kalau naskah kita mau dikirim ke penerbit.

Yuk, selamat menulis.

Salam kreatif,
Miss Rochma.

Custom Post Signature

Custom Post  Signature