Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

Tampilkan postingan dengan label Tentang Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Hidup. Tampilkan semua postingan

Langkah-Langkah Mengenalkan Journaling pada Anak

| on
Kamis, Januari 11, 2024

Langkah Mengenalkan Journaling pada Anak
pixabay.com/StockSnap


Seperti yang pernah saya sampaikan sebelumnya, bahwa journaling merupakan salah satu metode yang diberikan psikolog dalam sesi konselingnya. Tujuannya, supaya konseli (orang yang melakukan konseling) bisa menurunkan tingkat stress dan tujuan konselingnya bisa berhasil.


Journaling bisa juga digunakan untuk menjaga kesehatan mental anak sejak dini. Karena aktifitas ini akan menenangkan emosi negatif yang mereka alami. Journaling juga bermanfaat untuk orang tua, karena orang tua bisa mengetahui sejak dini masalah yang dihadapi anak, sehingga orang tua bisa membantu anak menghadapi masalahnya.


Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua jika ingin mengenalkan journaling pada anak. Saya coba jabarkan step by step-nya. Bisa dimodifikasi sesuai dengan kondisi anak dan keluarga ya!


Journaling untuk Kesehatan Mental Anak
pixabay.com/jarlina


Langkah-Langkah Mengenalkan Journaling pada Anak


Orang tua harus mengetahui dengan baik masalah yang dihadapi anak

Karena setiap anak memiliki masalah dan penyebab yang berbeda-beda, orang tua harus memahami ini sehingga tidak salah dalam menerapkan metode journaling nantinya.


Sebagai contoh masalah yang dialami oleh anak pertama saya.

Dia sering kehilangan fokus saat di kelas jika ada teman-temannya memanggil dia, atau saat ada hal yang lebih menarik perhatiannya daripada guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.



Orang tua mencari metode journaling yang cocok untuk membantu anak mengatasi masalahnya

Setelah orang tua tahu masalah yang sedang dihadapi oleh anak, saatnya untuk mencari tahu macam-macam journaling yang bisa diterapkan pada anak. Orang tua bisa mencari tahu melalui internet (browser dan media sosial), atau bergabung dalam komunitas journaling untuk sharing bersama teman-teman yang sudah melakukannya. 


Untuk anak pertama, saya bawakan buku kecil yang bisa masuk ke dalam pouch berisi alat tulisnya. Buku ini dipakai untuk mencatat pemberitahuan penting dari gurunya setiap hari. Setiap lembar dia beri hari, tanggal, dan kolom khusus untuk mencatat.


Apakah ini termasuk journaling? Tentu saja iya!



Orang tua bisa mengenalkan journaling melalui percakapan sederhana bersama anak

Tarik minat anak pada aktifitas ini, sehingga sesi perkenalan menjadi lebih mudah diterima. Jelaskan pula dengan bahasa yang sederhana tujuan dari mengenalkan journaling pada mereka dan bagaimana mereka akan melakukannya setiap hari. Jikalau perlu, tunjukkan video menarik tentang journaling yang sudah dilakukan oleh orang lain. 

 

Jenis Journaling
pixabay.com/Darkmoon_Art


Bersama anak, orang tua membuat rencana pelaksanaan journaling

Buat rencana pelaksaannya dengan rinci bersama anak supaya anak merasa dilibatkan sejak awal dalam upaya memperbaiki dirinya. 


Mulai dari kapan aktifitas ini bisa dilakukan oleh anak setiap harinya, bagaimana anak melakukan journaling dengan rutin sehingga tidak mengganggu kegiatan penting lainnya, dan apa saja yang dibutuhkan anak supaya aktifitas ini berhasil.


Tidak usah dipaksakan harus sempurna, namanya juga dalam proses pengenalan. Jika terlalu saklek, takutnya anak akan merasa ditekan dan jadi tidak tertarik lagi.



Ajak anak untuk menentukan alat tulis yang digunakan

Biarkan anak menentukan alat tulis apa saja yang akan digunakan oleh mereka tanpa ada interupsi terlebih dahulu. Biarkan saja mereka memilih sesukanya, bahkan ketika spidol yang mereka pilih serasa tabrak warna.


Namun, jika ada alat tulis yang sekiranya membahayakan dirinya, orang tua bisa memberikan pengertian untuk tidak menggunakan alat tulis tersebut sementara waktu sampai mereka siap menggunakannya.



Beri contoh melalui praktek secara berulang-ulang

Salah satu kemampuan anak adalah mirroring dari aktifitas orang tuanya. Anak masih belum bisa melaksanakan sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya tanpa ada contoh dari orang lain. Jadi, tugas orang tua adalah memberi contoh pelaksaan journaling melalui praktek secara berulang-ulang sampai anak paham.


Jelaskan melalui praktek yang sederhana, dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh anak. Juga tanyakan pada anak, apakah ada yang membuat dia bingung.



Bersenang-senanglah!

Karena journaling itu adalah salah satu metode terapi yang mudah dilakukan oleh siapapun, jadi bersenang-senanglah bersama anak kita. Jangan membebani diri kita dengan ketidakmampuan anak dalam berkreasi, atau belum sempurnanya anak dalam menulis, atau ketidaksempurnaan anak dalam membuat garis.


Tertawalah bersama anak, jika anak tertawa karena dia berhasil membuat gambar yang menurutnya lucu. Tersenyumlah bersama dia jika dia berhasil menuliskan isi hatinya di kertas. Tenangkan si anak jika bersedih karena tidak mampu membuat garis lengkung seperti yang kita contohkan.



Mengajarkan journaling ke anak itu mudah kok. Asalkan orang tahu langkah-langkahnya yang tepat sehingga tidak menghilangkan esensi dari journaling itu sendiri. Mari bapak ibu, ajak anak-anak kita melakukan hal-hal yang bersifat positif untuk terus menjaga kesehatan mental mereka.


Salam sehat!




CARA MENDAPATKAN SKINCARE HARGA MURAH BAHKAN GRATIS! BEGITU JUGA DENGAN MAKE UP!

| on
Kamis, Maret 09, 2023
Salah satu kendala dalam menjaga kesehatan kulit adalah harga skincare yang mahal. Memang tidak semua brand membandrol harga tinggi, kalian juga bisa memilih yang sesuai dengan isi dompet. Tapi enggak menutup kemungkinan lho, kalian bisa mendapatkankan skincare incaran kalian dengan harga yang jauh lebih murah, bahkan gratis!

Cara Mendapatkan Skincare dan Make Up Murah atau Gratis
Eye shadow yang kudapatkan setelah melakukan challange



Ada beberapa cara mendapatkan skincare dengan harga murah bahkan gratis. Kalian bisa sontek cara-cara yang sudah pernah saya lakukan. Here we go!

Pilih produk lokal

Sekarang ini, produk lokal sudah bisa menjadi pilihan untuk tetap memiliki kulit yang sehat. Dengan kandungan bahan yang bagus, ditambah harga yang cenderung lebih murah dibanding produk dari luar negeri.

Sebelum membeli produknya, pastikan kalian membaca ulasannya dan bertanya ke teman-teman supaya kalian tidak salah dalam memilih produk. Cara ini juga bisa dilakukan jika kalian sulit beralih dari produk buatan luar negeri ke produk lokal.


Mencari diskon di website, sosial media dan marketplace milik brand


Diskon merupakan salah satu alasan penyuka skincare mengisi meja riasnya. Apalagi jika potongan harganya menggiurkan, seperti mendapatkan harta karun saja.

Hanya saja, kalian harus jeli dengan informasi yang kalian dapatkan seputar diskon sebagai salah satu cara mendapatkan skincare dengan harga murah. Mulai dari jenis produk yang dijual, tempat penjualan barang, expired date, syarat pembelian dan jumlah potongan harganya. Kalian juga hendaknya melakukan perbandingan harga sehingga tidak terkecoh oleh iklan yang menawarkan diskon.

Mengikuti Campaign Bisa Dapat Skincare Murah
Produk lokal dengan harga bersaing

Mengikuti Instagram atau marketplace milik brand


Salah satu fungsi sosial media adalah menyampaikan pesan yang sifatnya persuasif, termasuk pesan berupa promo produk. Banyak sudah brand yang memberitahukan promo atau diskon produk melalui akun Instagram mereka, baik di Instagram feed maupun Instagram story.


Ikut promo bundle, bisa sendirian atau bareng teman


Keuntungan yang bisa kalian dapatkan dengan membeli secara bundle adalah kalian bisa mendapatkan harga yang lebih murah daripada saat membeli satuan. Tapi, dilema membeli bundle adalah tidak semua produknya kita pakai. Sayang kan jadinya? Supaya bisa terpakai semua, ajak saudara atau teman untuk membeli bersama-sama. 

Membeli Skincare Murah Secara Bundle
Skincare yang kudapat setelah mengikuti campaign


Ikut kuis atau campaign


Sekarang ini, sudah banyak kuis dan campaign yang diadakan oleh brand kecantikan untuk mengenalkan produk mereka pada masyarakat. Untuk kuis, banyak diberikan di media sosial. Yang mengadakan biasanya brand itu sendiri, atau influencer yang bekerja sama dengan brand. Sedangkan campaign, biasanya diberikan kepada influencer yang tergabung dalam sebuah komunitas yang dibentuk oleh brand. Seperti komunitas Elshesquad, atau Puremates.

Memang, untuk mengikuti kuis dan campaign ini tidak mudah karena pesaingnya banyak. Tapi layak untuk dicoba, siapa tahu nama kita masuk dalam list pemenang dan kita bisa mendapatkan skincare dengan harga yang murah bahkan gratis.


Ikut sharing yang menawarkan photocard aktor atau idol Korea


Banyak brand yang menjadikan artis atau idol Korea sebagai Brand Ambassador (BA). Ada beberapa trik penjualan yang mereka pakai, seperti membeli barang dalam bentuk bundle yang berhadiah photocard atau tiket fanmeet.

Fans yang mengepul photocard atau ingin bertemu idolanya, mereka biasanya membeli produk dalam jumlah banyak. Kemudian, produk-produk ini mereka jual lagi dengan harga yang jauh lebih murah.

Contohnya, salah satu brand yang mengajak Oh Sehun EXO sebagai BA-nya. Bundle product yang ditawarkan untuk mendapatkan photocard atau tiket fanmeet adalah serum, sunscreen, moisturizer, facial wash dan make up pouch. Saya akan mencari seller yang menawarkan sharing ini, dan menghubungi mereka untuk memilih produk apa yang saya mau.

Brand skincare banyak memberi penawaran bundle dengan photocard
Ini lho yang namanya photocard (PC/Poca)

 
Produk-produk yang pernah saya incar adalah sunscreen, serum, eye liner, moisturizer dan cushion dari berbagai brand. Pernah saya ikut sharing salah satu brand yang membawa NCT Dream sebagai BA-nya, dan berhasil dapat serum retinol dengan harga 50% lebih murah dari harga official.

Sharing ini memang menggiurkan, tapi juga enggak mudah karena harus bersaing dengan ribuan fans. Tipsnya hanya dua, yaitu gerak cepat dan jangan malas cari informasi. Kalian bisa cari informasi penawaran bundle dari iklan yang lewat di media sosial. Lalu, cari penawaran sharing di Twitter atau gabung di sharing group di Line atau Whatsapp.


Kalau membeli di marketplace: cari voucher, ikuti live, dan gabung membership


Berbelanja di marketplace itu, selain terbilang lebih aman, kalian juga bisa mendapatkan diskon lebih banyak. Diskon yang sering ditawarkan biasanya berupa potongan harga secara langsung, potongan harga yang diakumulasikan ke koin atau poin, dan potongan harga untuk ongkos kirim.

Cara mendapatkan skincare dengan harga murah ini bisa dengan cara mengikuti live, berbelanja di tanggal kembar atau tanggal gajian, ikut membership dari akun official milik brand, atau penawaran kode diskon yang banyak diberikan di media sosial (meskipun opsi terakhir ini sangat jarang terjadi).


Pengalaman Mendapatkan Vaksin Covid-19 untuk Guru dan Tenaga Pendidik

| on
Kamis, Juni 24, 2021
Vaksin Covid-19

Entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir.

Tapi sebagai manusia, tidak bisa hanya berpangku tangan dan berdoa. Supaya terhindar dari virus yang sudah mewabah selama setahun lebih ini, kita perlu melakukan hal lain yang bisa membantu kita supaya kesehatan kita lebih terjaga.

Selain tetap melaksanakan 5M dengan disiplin (eh, sekarang kabarnya sudah menjadi 6M, ditambah hindari makan-makan bersama di luar), melaksanakan vaksinasi perlu juga dilakukan.

Alhamdulillah, saya sudah mendapatkan vaksin covid-19 lengkap. Dan di blogpost kali ini, saya ceritakan proses pemberian vaksin covid-19 pertama dan kedua jenis Sinovac, serta mau kasih tahu ke kalian bagaimana reaksi tubuh saya setelah mendapatkan vaksin pertama dan kedua.

Here we go!!!

Katanya, Tak Tahu 7 Hal Ini, Maka Tak Sayang Sama Pemilik Blog Mama Arkananta

| on
Sabtu, April 17, 2021
Ria Rochma

Saya memang sudah lebih dari lima tahun menulis di blog. Tapi itu bukan hal yang perlu dibanggakan, karena blog saya ini rasanya hanya jalan di tempat. Kalau pun maju, majunya juga enggak sampai yang berlari cepat.

Meskipun menulis merupakan salah satu passion saya, tapi jujur saya akui, saya enggak sepenuhnya menaruh perhatian saya di sini. Perhatian saya terbagi dengan kehidupan dan pekerjaan di real life. Jadi saya paham sekali kenapa blog ini seolah jalannya lambat dan tidak banyak di kenal orang.

Kata orang, tak kenal maka tak sayang. Jadi bolehlah saya menceritakan ulang sedikit tentang saya, pemilik blog Mama Arkananta. Kalau kalian sudah kenal sama saya, bolehlah dibaca ulang. Kalau baru kenal, silakan baca sampai akhir, lalu tinggalkan komentar supaya kita bisa saling kenal.

Definisi Bahagia: Blogger Pendengar K-Pop

| on
Minggu, Maret 21, 2021
Mama Arkananta

Menyukai sesuatu itu, memang paling nyaman ketika ada yang temannya. Karena kita bisa sharing kebahagiaan kita saat menikmati atau melakukan apa yang kita suka itu tadi.

Beberapa teman online saya, sudah tahu kalau saya ini penyuka drama Korea yang nikung jadi suka k-pop. Korean Pop. Lagu-lagu Korea. Saya tidak menamakan diri saya sebagai k-pop-er, tapi memang menikmati k-pop bisa menggeser lagu-lagu Indonesia dan Western ke urutan kedua.

Mengenal k-pop sebenarnya sudah lama. Saya tahu Super Junior sejak saya kuliah. Saya dan almarhum bapak suka mendengarkan lagu-lagunya BoA. Dulu, saat lagu JTL yang judulnya My Lecon ramai jadi soundtrack film Step Up 2 dan dijadikan backsound street dance yang keren abis, saya dengerin dan nonton sama suami. Bahkan saat EXO masih 12 member dan mereka debut pun, saya tahu.

Lalu kenapa baru menggandrungi k-pop sekarang? Entah. Hanya itu jawabannya.

Lha, postingan ini selesai dong? Nggaklah.

Kembali ke perkara kesukaan dan teman yang membersamai (ecie bahasanya, semoga tidak dihujat para parenting lover). Jujur saja, di lingkup tempat saya kerja, yang konsisten dengan kekoreaan hanya saya. Dari dramanya sampai lagu-lagunya. Seolah seperti saya yang paling tahu all about Korea. Padahal nggak.

Kondisi ini karena saya tidak punya teman hahahihi untuk bicarakan all about Korea itu tadi, terutama bicarakan k-pop. Saya malah menemukan teman hore-hore ini di dunia virtual. Thanks to Twitter and Whatsapp story yang bikin saya ngerti kesukaan teman dan follower saya.

Dari dua platform ini, saya jadi punya banyak teman k-pop-er yang jangkauannya semakin meluas sehingga informasi dari dunia k-pop gampang banget didapatnya. Kalau ditanya berapa grup k-pop yang saya gabung di Whatsapp, jangan ditanya. Banyak. Tapi, saya hanya konsentrasi ke dua idol kesayangan, EXO dan Victon.


EXO
EXO ^____^


Dari grup-grup besar ini, lahir juga grup-grup kecil yang isinya mereka-meraka yang memiliki concern yang sama di dunia k-pop. Grup ini membuat saya makin nyaman, karena makin ke sini, bukan hanya k-pop saja yang dibicarakan. Ya elah, penyuka k-pop tuh nggak melulu kekoreaan yang dibahas kok. Malah lebih sering bicara hal-hal personal kalau sudah masuk grup-grup kecil begini.

Bahkan saya jadi admin di grup kecil yang isinya ibu-ibu 25+ penyuka dedek-dedek gemes EXO ^_____^


Victon
VICTON ^_____^


DARI BLOG MENUJU K-POP


Kalau bahas dunia k-pop yang kompleks dan gampang bikin emosi naik turun, saya konsisten ngobrolnya sama Indah Nurma, pemilik www.dindahnurma.com. Gadis single cantik asli Surabaya ini, punya pola pikir yang kompleks dan sering out of the box.

Awal kenal, tentunya dari beberapa kali kami satu event. Lalu gabung di grup WA Ning Blogger Surabaya. Saya ingat betul, saya chat pribadi dengan Indah saat saya lihat Whatsapp story dia yang menampilkan foto behind the scene sebuah produk skincare. Dari situlah saya tahu kalau kami suka dengarkan k-pop. Dia sebagai Melody (fans dari BTOB) dan saya sebagai EXOL (fans dari EXO). Meskipun ujung-ujungnya saya nikung ke Victon, dan kami oleng bersama ke Lee Jin Hyuk dan Kim Wooseok.


Indah Nurma


Kalau di scroll ke atas, chat kami isinya bukan hanya gemesin dedek-dedek, tapi juga bicarakan gosip-gosip terhangat yang selalu rame di linimasa Twitter. Bahasan kami semakin melebar kemana-mana, mulai dari film, politik, pendidikan, agama, dan banyak bahasan berat lainnya.

Beberapa kali terakhir kami ketemuan, bahasannya malah bukan k-pop lagi, tapi topik lain yang tidak kalah seru.

Kata Indah, bahas k-popnya di chat saja. Kita ketemuan buat rumpiin lainnya ^_____^


Lee Jin Hyuk


BUKAN BAHAS BEAUTY, MALAH BAHAS K-POP


Selain dengan Indah, akhir-akhir ini saya intens ngobrol k-pop sama Gadis, pemilik www.gadzotica.com. Gadis adalah salah satu blogger Surabaya yang punya niche beauty untuk blognya. Kami pernah ketemu di beberapa event yang bertema beauty di Surabaya.


Devi, Gadis, saya 


Dari Twitter saya tahu kalau kami sama-sama ngefans Victon. Seolah gayung bersambut karena saya Alice (nama fans Victon) yang masih baby, bertemu dengan Alice yang lebih senior. Dari Twitter kami berpindah ke DM Instagram. Bicarakan Victon seharian nggak ada bosannya. Dari pagi, sampai tengah malam. Nggak hanya saling share informasi terbaru, tapi juga saling menertawakan kekonyolan member Victon.

Kocaknya, saya sama dia nggak ngerti nomer WA kami masing-masing karena kami lebih nyaman chat via DM. Wkwkwk.. ntar ya Dis, aku tanyain nomer telponmu berapa wkwkw.


Victon


Hingga akhirnya, saya sama Gadis (ditambah Devi pemilik www.depruttt.com) janjian untuk unboxing album Victon yang terbaru, The Future Is Now, akhir Februari kemarin. Jangan ditanya hebohnya bagaimana saat itu. Untung saja, teriakan kami teredam oleh acara fashion show anak-anak di sebelah coffee shop tempat kami unboxing.

Bahkan dari kemarin saja kami masih nangis-nangisan heboh karena salah satu member Victon, Kang Seungsik, debut sebagai actor melalui drama musikal. Dan kami berkesempatan nonton dari awal sampai akhir, sebanyak 7 episode.


Victon



Minum Teh Rosella Dengan Cengkeh, di Atas Ayunan Bersamaku

| on
Minggu, Januari 24, 2021


24 Januari 2021.

Untuk Ria,
yang sekarang sedang menatap ponsel,
karena sedang membaca surat ini.

Januari sudah hampir berakhir.
Apa kamu sudah bikin spread sheet untuk Februari di buku jurnal? Ah, aku ingat, buku jurnal kotak-kotak hitam dan putih yang kamu pesan secara custom melalui Shopee. Ternyata, jurnal itu awet juga isinya. Padahal dibilang tebal, nggak banyak juga jumlah lembarannya. Tapi melihat isi jurnal itu sudah terpakai rapi, aku ikutan senang. Hari-harimu tampak sudah mulai lebih teratur sekarang.

Ria,
Waktu berlalu begitu cepat ya? Tahu-tahu, Januari 2021 sudah hampir habis, dan Februari sudah siap untuk menyambut. Apa kamu sudah siap menyambut Februari, Ri?

Oh jangan ... jangan ... jangan malah jadi over thinking dong, Ri.
Karena tahun baru, saatnya kamu membuka lembaran baru dengan hati yang lebih tenang.
Meskipun aku tahu, kamu belum bisa melepaskan apa-apa yang menjadi penyesalanmu di tahun 2020 kemarin.

Lha? Kok malah nangis sih?
Puk, puk, sini aku peluk dulu. Kamu memang nangisan kalau udah overthinking gini deh.
Itulah kenapa, aku nggak berani lepasin kamu sendiri kalau sudah mulai masuk di jam overthinking-mu. Bakal nggak kelar-kelar nangisnya.

Okey, kepalang tanggung, ayo kita bicara soal ini.
Mungkin sedikit menyakitkan, tapi bicarakan apa yang menjadi bahan over thinking-mu, mungkin akan membantumu menemukan titik balik dari semua yang belum kamu selesaikan di tahun 2020 kemarin.

Ada satu penyesalan terbesarmu.
Kurang memperhatikan detail.
Kamu pernah bercerita tentang ini, dua atau tiga bulan sebelum tahun 2020 berakhir.
Dulu aku pikir, kenapa kurang memperhatikan detail saja, membuatmu uring-uringan.
Sekarang aku paham, kenapa kamu menyesal kurang memperhatikan detail-detail yang ada di tahun 2020 kemarin.

Kamu jadi merasa kehilangan banyak momen.
Momen-momen penting dari hubunganmu dengan suamimu, dengan Arya dan Fatin, dengan keluargamu, bahkan dengan teman-temanmu. Ah, aku lupa menyebutkan satu lagi, dengan murid-muridmu.

Karena kurang memperhatikan detail, kamu jadi merasa bersalah ke suami dan dirimu sendiri.
Rasa bersalah yang muncul karena sering kali kamu merasa egois.
Kamu yang terlalu memperhatikan dirimu sendiri dan sibuk dengan aktifitasmu sendiri.
Untungnya kalian menyadari ada yang sedang ‘tidak baik-baik saja’. Untungnya lagi, kalian mau berusaha sekuat tenaga mengembalikan semuanya seperti sedia kala.

Kalian berdua jungkir balik mengembalikan segala kondisi menjadi normal kembali. Membetulkan apa-apa yang kurang, memperbaiki apa-apa yang salah, dan membicarakan apa-apa yang menjadi ganjalan di hati. Meskipun semua butuh waktu untuk menjadi lebih baik, tapi aku bangga, karena kalian berdua sudah lebih tenang sekarang.

Mari kita tinggalkan sejenak cerita rumah tanggamu. Mari bicarakan tentang Arya dan Fatin.

Masih ingat malam itu kamu menangisi perbincangan dengan ibumu tentang caramu mendidik Arya dan Fatin? Tahu siapa yang menjadi obyek pembicaan Beliau? Bukan anak-anakmu, tapi malah dirimu sendiri obyeknya. Iya, dirimu Ri.



Dan kamu membenarkan jugdement beliau.
Kemudian kamu menangis semalaman sampai besoknya matamu bengkak, lalu bingung bagaimana mengempeskan mata yang bengkak karena kamu ada piket untuk datang ke sekolah. Hahaha, kalau ingat itu aku ingin ketawa.

Lalu di malam selanjutnya kamu banyak intropeksi diri.
Aku bangga, meskipun aku ikut sedih karena kamu banyak menyalahkan dirimu sendiri karena kurang sabar ke kedua malaikat kecilmu. Lagi-lagi, kamu menyadari karena kamu sendiri luput memperhatikan detail-detail tumbuh kembang mereka. Kamu tidak bisa mengimbangi informasi yang mereka berikan karena kamu terlalu acuh.

Ah, sudah, sudah.
Matamu sudah mulai berair lagi kan?
Kali ini jangan banyak menangis. Cukup teteskan air mata satu atau dua tetes saja, karena kamu sudah banyak menangis kemarin.

Ria,
Ayo semangati dirimu sendiri, ayo menguatkan dirimu sendiri.
Karena sumber kekuatan untuk menjalani momen perbaikan diri ini, berasal dari dirimu sendiri.
Kamu tahu betul soal ini.



Berhari-hari kamu berkutat dengan itu.
Aku percaya bahwa kamu akan melakukan itu semua. Bukan hanya kamu simpan dalam jurnal kotak-kotak hitam putihmu itu.

Ria,
Jangan sering-sering over thinking ya. Aku tahu, banyak sekali yang kamu pikirkan selain dua hal yang kita bahas di sini. Sesekali istirahatkan otakmu, istirahatkan hatimu. Kalau sudah sangat suntuk, ayo kita bicara di ayunan sambil minum teh bunga rosella yang biasa kamu campur dengan cengkeh.

Membuat Target di Tahun 2021

| on
Minggu, Januari 17, 2021

Saat pergantian tahun tiba, tidak sedikit dari kita yang membuat resolusi untuk satu tahun ke depan sebagai bentuk keinginan untuk mengubah diri menjadi lebih baik. 

Saya pribadi, sudah berhenti membuat resolusi sejak ... dua tahun yang lalu. Bukan karena saya tidak ingin menjadi lebih baik, tapi lebih karena saya ingin menyelesaikan apa-apa yang belum saya selesaikan di tahun sebelumnya. 

Dua tahun yang lalu, di tahun 2019, saya menyelesaikan beberapa target yang tidak selesai di tahun 2018. Karena tahun 2018 saya sedikit agak goyah karena ada beberapa masalah yang harus saya hadapi, dan itu ternyata mempengaruhi resolusi yang saya buat di awal tahun. Lalu di tahun 2020, saya tidak membuat resolusi lagi. Karena saya merasa butuh membongkar dan memperbaiki banyak hal di tahun itu, salah satunya adalah masalah keuangan pribadi dan keluarga. 

Untuk tahun 2021 ini, saya sebenarnya tidak membuat resolusi lagi. Tapi, karena Ning Blogger Surabaya membuat challange mingguan dan temanya minggu ini adalah tentang resolusi, saya mencoba untuk menuliskan beberapa daftar yang ingin saya penuhi selama satu tahun ke depan. 


Perbaiki Kebiasaan Beribadah 

Berbicara tentang kebiasaan beribadah, diri ini masih banyak kekurangannya. Perkara sholat yang wajib saja, masih terbilang sulit mendisiplinkan. Apalagi perkara ibadah lain yang mengiringi kesempurnaan sebagai umat Islam. Malulah hamba ini, ya Allah. 

Bismillah, ayo lebih giat lagi beribadah, Ria. Tidak usah banyak berbicara di sini, tapi ayo banyak praktek supaya hatimu lebih tenang. 


Lebih Berhemat Lagi 

Setiap orang memiliki barang kesukaan untuk menghabiskan uang yang dimiliki. Ada beberapa dari kita yang suka belanja baju untuk dirinya sendiri atau untuk anak-anaknya, properti foto, perabotan rumah, tanaman-tanaman cantik di pot, dan beberapa barang lainnya yang tak jarang barang itu juga menjadi pelengkap hobi. 

Sedangkan saya, suka belanja stationery dan hal-hal yang berbau kertas. Mata saya selalu berbinar-binar saat melihat barang-barang lucu dan penuh warna yang dipajang di toko stationery atau di e-commerce. Keinginan untuk membeli notebook, washi tape, brush pen, atau paper scrap itu, sulit sekali untuk dibendung. 

Di pertengahan 2020, saya merapikan dan membuang barang-barang yang saya rasa tidak saya perlukan. Termasuk merapikan barang-barang stationery saya. Saat melihat tumpukan kertas dan printilan ini, dalam hati saya berkata, ternyata saya sudah membuang banyak uang untuk hal-hal yang tidak saya habiskan. Apa saya mau membuat lebih banyak gunungan stationery lagi? 

Selain stationery, saya ingin menahan keinginan untuk membeli printilan k-pop. Sumpah ya, printilan k-pop itu menggoda sekali, Sodara! 

Ada satu kalimat sederhana dari para K-Pop-er: 
K-Pop memang bisa memecahkan segala permasalahan kita. Tapi tidak bisa memecahkan permasalahan keuangan kita. 

Apalagi saya sekarang ngefans parah di dua grup idol, EXO dan Victon. Godaan ini akan lebih besar serangannya saat mereka comeback karena album yang bervariasi, photocard dan postcard saat ada event dari agensi, akhir tahun saat mereka mengeluarkan seri Season Greating, bahkan saat akun-akun base mengeluarkan project dengan barang-barang yang lucu-lucu. 

Sebenarnya, semua itu bisa diakali sih belinya. Bisa saja beli album only dengan harga lebih murah dan barangnya sudah ready di Indonesia. Tapi jadi tidak seru karena tidak bisa ikutan nge-hype bareng teman-teman yang lain. Atau, beli printilan Season Greating, bisa diakali dengan beli secara sharing. Jadi, tinggal memilih dan membeli printilan yang saya suka saja. Kalau Season Greating, lagi-lagi, saya selalu mengincar diary atau notebook


Mulai Serius Berinvestasi 

Setelah bongkar dan perbaiki masalah keuangan di tahun 2020 kemarin, akhirnya tahun ini saya memutuskan untuk berinvestasi dengan lebih serius lagi. Memang sedikit terlambat, tapi itu lebih baik daripada saya tidak mencoba sama sekali. 

Sebenarnya, keinginan ini berawal dari obrolan saya dengan salah satu murid saya yang sudah lulus dan dia sudah memiliki usaha sendiri, padahal dia masih kelas XI. Awalnya dia bertanya tentang mengatur keuangan untuk remaja. Obrolan kami berlanjut sampai ke masalah investasi. 

Dari situ saya menggumam dalam hati, ah, lebih tepatnya merutuki diri. Siswa saya saja sudah mulai belajar tentang keuangan yang sehat dan ingin mengenal investasi. Lalu apa saya hanya berhenti di sini saja memandangi buku tabungan dengan miris? 


Gali Kemampuan Diri 

Setelah mencoba beberapa hal baru di dua tahun belakangan ini, akhirya saya memutuskan untuk lebih giat lagi menggali kemampuan dalam hal memotret, hand lattering, dan menulis

Menjadi blogger dan memiliki akun Instagram, ternyata membuat saya menjadi lebih giat lagi untuk seriusi potret-memotret. Beberapa teman blogger, seringkali beralih menjadi teman sharing teknik foto dan apapun yang berbau potret-memotret. Senangnya, seringkali dari mereka malah saya dapat input yang mungkin bisa saya dapatkan dengan cara ikut workshop

Untuk handlattering, saya sempatkan membeli buku-buku dasar teknik handlattering. Memang saya sudah pernah belajar menulis indah ini, tapi karena saya merasa kurang dalam hal teknik, sepertinya saya perlu belajar lagi. 

Kalau perkara menggali menulis, lebih karena saya ingin mengurangi kesulitan-kesulitan saya saat menulis di blog dengan mencari cara-cara yang lebih efektif lagi. Karena seperti yang pernah saya tulis dulu, disiplin itu kuncinya. 


Membaca Lebih Banyak Buku 

Membaca adalah jendela ilmu. Betul sekali. Tapi dengan beribu alasan, membaca buku jadi bukan lagi sebuah prioritas. Padahal saya sendiri paham, dari sebuah buku saya bisa mendapatkan banyak pelajaran hidup, kosakata baru, rangkaian diksi yang bisa saya pelajari, ide-ide baru untuk menulis di blog atau bahkan materi baru untuk saya sampaikan ke siswa-siswa saya di kelas. 

Itulah mengapa, mari meneguhkan diri untuk lebih banyak membaca buku di tahun 2021 ini, Ria! Tidak udah memasang target, Ri. Tapi tulis saja di dahimu, bahwa kamu butuh buku untuk menambah wawasan dan membantumu berkembang menjadi lebih baik


Istirahat Yang Cukup 

Ketika seseorang diberi waktu 24 jam dan diberi banyak target atau kegiatan yang dia suka, pasti orang itu akan berkata waktunya kurang. Bahkan ketika Tuhan memberi dia waktu 50 jam pun, dia akan tetap berkata kurang. 

Bahkan saya pun pernah mengeluhkan seperti ini. Padahal manusia bukan robot, badan manusia butuh istirahat. Sesibuk-sibuknya manusia dengan aktifitas yang dia miliki dan dia sukai, manusia tetap butuh istirahat. Bahkan ketika Tuhan memberi waktu 24 atau 50 jam sehari, manusia tetap harus memikirkan berapa waktu yang akan dia luangkan untuk istirahat

Melihat ke belakang, saya sendiri menyadari kalau saya butuh sekali istirahat yang cukup. Apalagi ketika melihat lingkar hitam di mata saat di depan kaca yang semakin tampak jelas. Mengeluhkan waktu yang kurang, bukan lagi sebuah jalan keluar. Sekarang yang harus saya lakukan adalah membagi waktu dengan efektif supaya tubuh ini bisa istirahat dengan baik, sehingga aktifitas keesok harinya tidak terganggu. 


Lebih Memperhatikan Detail 

Mungkin beberapa dari kalian berfikir, mengapa ‘lebih memperhatikan detail’ saya masukkan ke daftar keinginan saya di tahun ini. 

Jujur saja, tahun 2020 kemarin, saya melewatkan banyak hal untuk saya ingat detailnya. Entah karena kesibukan saya, entah karena saya yang kurang memperhatikan, entah saya kurang rajin mencatat apa saja yang terjadi selama satu tahun, atau entah karena apa. 

Lalu di akhir tahun 2020, saya menyesali beberapa hal yang berhubungan dengan detail ini. Dan ini membuat saya menjadi overthinking dan menangis beberapa kali. 

Di tahun ini, saya ingin lebih memperhatikan detail-detail yang berhubungan dengan saya dan orang-orang di sekitar saya. Karena saya yakin, detail-detail ini nantinya akan bermanfaat ke depannya bagi saya untuk menentukan langkah apa saja yang akan saya tempuh supaya saya tidak terjebak dalam situasi yang sulit

Apa perlu dicatat? Ya, sepertinya perlu!

Bersyukur; Minggu Pertama Desember 2020

| on
Minggu, Desember 13, 2020


Saat itu sore hari, sedikit mendung dengan hawa yang sedikit dengin untuk ukuran kota Gresik yang selalu gerah dan panas. Saya, suami, dan adik saya sedang duduk di ruang keluarga. Di depan kami ada Arya dan Fatin, yang kala itu Fatin masih bayi. Sekitar tiga tahun yang lalu.

Ketika itu Bapak masih segar waras, datang dari arah dapur. Diam sejenak sambil berdiri bersandar di tembok. Sambil melihat kami bercengkerama, beliau tiba-tiba berucap begini :

Waktu itu terasa berlalu begitu cepat kan? Itulah pertanda kalau kita itu menerima banyak rezeki dari Allah. Karena hati senang terus, tidak pernah mengeluh karena kekurangan rejeki.

Setelah Bapak meninggal, saya terus mengingat-ingat perkataan beliau ini. Karena kita sering kali memang luput untuk bersyukur dan mengingat-ingat apa saja yang membuat kita bersyukur.

Kemudian ketika ditanya tentang apa saja yang membuat saya bersyukur minggu ini, saya berusaha menceritakan ke kalian apa saja daftarnya. 


Baca juga:




Selesainya Rangkaian PAS Arya


Salah satu trigger stress ibu-ibu adalah ketika masa ujian sekolah anaknya datang. Saya salah satu yang masuk di lingkup ibu-ibu itu. Karena pendidikan di Indonesia masih mengutamakan perihal pencapaian nilai baik untuk kenaikan kelas atau kelulusan sekolah, alasan ini menjadi salah satu alasan ibu-ibu (termasuk saya) 'menekan dirinya sendiri' , dengan alasan ingin mendampingi anaknya belajar supaya bisa mengikuti ujian dengan baik dan hasil yang memuaskan. 

Biasanya, sebelum masa ujian datang, saya sudah stres. Over thinking, memikirkan apa saja yang akan saya lakukan supaya masa ujian ini berlangsung dengan baik. Over thinking ini berlanjut sampai masa ujian berlangsung. Kalau masa ujian belum selesai, seolah tidur tidak bisa tenang. Berlebihan ya sepertinya, tapi memang itu yang terjadi pada diri saya sendiri. Dan ini berlangsung sejak Arya masuk SD. 

Tapi berbeda dengan PAS semester ganjil kali ini. Setelah melewati 'sesi konseling' dengan Ibu, saya mencoba untuk banyak-banyak bersabar dan tidak over thinking dalam hal mendampingi Arya belajar untuk ujian PAS. 

Hasilnya, kali ini saya lebih santai. Saya mencoba untuk menerima bahwa PAS adalah cara Arya untuk melatih kemandirian dia dalam belajar, dan saya sebagai orang tuanya hanya sebagai pendamping dan pemberi semangat

Setiap pagi, saya hanya berdoa semoga saya diberi banyak kesabaran untuk hari itu. Doa ini saya ulang sebelum mendampingi Arya belajar. Selain itu, saya banyak memeluk dan mengatakan bahwa Arya sudah melakukan yang terbaik hari ini. Hasilnya, dia banyak memeluk saya, dan terlihat kalau dia lebih nyaman belajarnya. 




Bertemu Another Alice


Salah satu fansgirling goal idol Korea adalah bertemu teman yang juga suka nge-fansgirling. Hohoho, dan saya bersyukur bertemu dengan Gadis Sidiq, pemilik blog www.gadzotica.com, yang domisilinya di Surabaya. Dan kami beberapa kali bertemu di beberapa event yang mengundang blogger di sekitar wilayah Surabaya. 

Karena EXO sedang tidak banyak aktifitas grup, saya jadi oleng ke grup lain dong. Salah satunya, Victon. Grup besutan Play M Entertainment yang debut tanggal 9 November 2016 ini, ternyata menarik perhatian saya sekali. Membernya terdiri dari Han Seung Woo, Kang Seung Sik, Cho Byung Chan, Lim Sejun, Heo Chan, Do Hanse dan Jung Subin. Mereka benar-benar menarik perhatian saya sekali, mengalahkan olengnya saya ke Pentagon. Wkwkw. Vibe-nya seperti saat saya kenal EXO untuk pertama kalinya dulu. 



Yang saya ingat, saya ikut reply twit Gadis dengan Depik, blogger Surabaya lainnya. Sejak itu, saya dan Gadis banyak ngobrolin Victon. Sebagai baby Alice (Alice adalah nama untuk penggemar Victon), saya banyak dapat info dari Gadis tentang masing-masing member. Kehaluan sebagai fans sudah memenuhi direct messenge kami di Instagram. Link-link dari Gadis banyak masuk note untuk disimpan, termasuk link variety show atau video hidden gems dari Victon. Screen shot wajah tampan atau aib member pun jadi bahan obrolan yang tiada henti. 

Kata Gadis, "beneran deh Mbak, aku nggak nyangka kalau kamu ternyata suka k-pop. Besok kita unboxing album bareng-bareng sama Depik ya!" 

Okeyyy!!! Siap-siap PO album ya, Dis!! 




Bincang Rame dengan Lendy Tentang EXO


Kenal sama Lendy ini sekitar tiga atau empat tahun yang lalu, saat ada acara Kumpulan Emak Blogger di Surabaya. Dia perempuan manis asal Surabaya yang sekarang stay di Bandung sama keluarga kecilnya. 

Blog dia dengan alamat www.lendyagasshi.com, isinya banyak mengulas tentang Korea, terutama drama. Dan ternyata, dia ini ELF, penggemarnya Super Junior. Ya elah, lagi-lagi ketemu sama teman yang kesukaannya tidak jauh-jauh dari EXO. FYI, Super Junior ini 'kakaknya' EXO karena lebih dulu debut dan satu agensi dengan EXO, SM Entertainment. 

Sekarang, dia sedang oleng ke NCT, 'adiknya' EXO. Katanya, dia merasa muda. Karena merasa butuh teman ngobrol dan sebagai bahan isi konten podcastnya, kapan lalu kami ngobrolin NCT di akun podcast dia. Seru sekali, hahaha, secara aku juga dapat insight baru soal NCT dari seorang ELF. 


Eh, kok ya, tiba-tiba Lendy ajakin saya ngobrolin EXO. Lagi-lagi, untuk bahan konten podcast-nya. Saya sih, senang-senang saja. Secara saya suka bincang-bincang seru model gini tentang EXO. Senangnya, meskipun Lendy seorang ELF, tapi dia asyik-asyik saja rumpiin EXO. Obrolan kami tidak jauh-jauh dari soal member, lagu-lagu EXO yang terkenal, sampai EXO ke depannya bakal bagaimana. Rasanya, empat puluh menit tidak cukup. Karena masalah teknis saja, akhirnya sesi rumpinya harus kita akhiri dulu. 

Pan kapan, kita ngerumpiin yang lain ya, Lend! Tentang drama Moon Lover Scarlet Heart Ryeo juga okeh lho! 




Selesaikan Jadwal Video Call Siswa 


Salah satu kendala kegiatan belajar masa pandemi adalah kesulitan guru Bimbingan Konseling mengadakan sesi bimbingan kelompok dan konseling pribadi. Banyak keterbatasan untuk guru BK jika memang kami dipaksa untuk mengadakan sesi ini. Karena sesi ini, sebenarnya memang lebih luwes diadakan secara tatap muka, karena selain hasil wawancara siswa, gestur dan mimik wajah juga jadi acuan membantu masalah siswa. 

Tapi, bagaimana pun juga, namanya program sekolah tetap harus dilakukan, apapun caranya. Termasuk kegiatan bimbingan kelompok dan konseling individu. Salah satu cara yang saya pakai untuk bimbingan kelompok adalah video call per kelompok dengan jumlah siswa tidak lebih dari delapan orang. Media yang saya pakai adalah video call melalui aplikasi Whatsapp. 

Alhamdulillah, siswa-siswa saya antusias. Meskipun sistem penyampaian materinya saya gunakan sistem presentasi per siswa untuk tiap kelompok. Mereka tidak malu, mereka mau mendengarkan presentasi temannya dengan hikmat, dan mau menerima masukan-masukan dari saya dengan baik, juga bertanya jika ada yang tidak mereka mengerti atau ketika mereka bimbang dengan pilihannya. 

Beberapa kali saya dapat chat melalui jalur pribadi, meminta diadakan video call lagi. Rupanya banyak dari mereka yang ketagihan. Mungkin karena mereka sudah kangen dengan sekolah, kangen bertemu teman-temannya, kangen beraktifitas di luar. 

Dan jujur saja, mengadakan sesi video call seperti ini dengan siswa-siswa saya dalam kelompok-kelompok kecil, ternyata memberi saya semangat baru. Rupanya, saya juga rindu bertemu mereka secara offline dan rindu mengadakan sesi bimbingan konseling di ruang BK.

.
.

Sebenarnya masih banyak hal yang saya syukuri di minggu ini. Tapi kalau saya jabarkan lagi, blogpost ini tidak akan selesai dengan cepat dan malah membuat kalian bosan membacanya. Kapan-kapan lagi ya saya cerita tentang rasa syukur. Asyik juga ternyata kalau dibuat blogpost begini. Ternyata dibalik rasa syukur, ada hikmah dan kebahagiaan di sana.

Ilmu Hitung-Menghitung Itu Tidak Bisa Dihindari

| on
Minggu, November 15, 2020


Salah satu materi dalam mata pelajaran Bimbingan dan Konseling di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah mengenal bakat, minat dan kemampuan pribadi pada peserta didik. Materi yang setiap tahun saya berikan ke siswa-siswa saya ini, berhubungan sekali dengan pelajaran yang mereka sukai dan kuasai.

Mengetahui pelajaran yang disukai dan dikuasai itu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan pekerjaan mereka di masa depan. Karena faktor ini merupakan salah satu faktor kelebihan dan kekurangan mereka, yang berhubungan erat dengan bakat, minat dan kemampuan pribadi yang mereka punya.

Tidak sekali dua kali saya mendapat respon yang berbeda jika ditanya tentang pelajaran apa yang mereka sukai dan kuasai, serta mata pelajaran yang tidak mereka sukai dan kuasai, beserta alasannya. Ada respon yang sama, ada yang berbeda. Dan itu wajar.

Beberapa anak memberikan cerita yang lucu, beberapa anak yang lain mempunyai cerita yang unik dan menarik. Saya sendiri pun memiliki cerita yang cukup panjang jika ditanya tentang kesukaan pada mata pelajaran tertentu. Yang paling bisa saya beri contoh adalah mata pelajaran matematika.

Sejak saya SMP, saya sudah mengerti kalau saya ini lemah dalam menerima pelajaran hitung-menghitung itu. Nilai saya di raport, biasa sekali. Bahkan dulu ketika SMP, pernah dapat nilai merah juga. Reaksi orang tua? Ibu woles, Bapak murka. Hahaha ... Lha gimana tidak murka, Manteman, Bapak termasuk yang orang tua yang sangat bertanggung jawab dengan pendidikan anak-anaknya, termasuk dalam hal mendampingi dan menjadi jujugan ketika saya kesulitan menerima pelajaran.

Meskipun beliau hanya lulusan SMK, tapi dalam wawasan beliau yang luas dan cara berfikir yang terstruktur, sebenarnya membantu saya dan adik saya saat kesulitan di mata pelajaran ini. Tapi entah karena Allah menciptakan otak saya untuk lebih menyukai pelajaran lain, atau entah karena sayanya yang malas berusaha di mata pelajaran matematika, saya tidak paham betul kala itu.

Saat SMP saya suka apapun yang berhubungan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebenarnya, kesukaan saya ini juga atas penggiringan Bapak sejak saya SD. Pengenalan dunia tulis-menulis sekarang, juga sebenarnya atas inisiatif beliau sendiri. Ya, meskipun mungkin Bapak tidak sadar sih ya saat pertama kali mengenalkan buku diary, novel detektif, dan mesin ketik lawas, ternyata malah membuat saya cinta mati dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Ketika saya kadung suka berandai-andai menulis ini itu supaya tulisan saya bisa masuk majalah anak-anak, saya jadi terlena mengembangkan minat saya di sana dan jadi lupa untuk lebih berusaha di mata pelajaran Matematika. Apa almarhum Bapak saya marah? Oh tidak. Beliau dukung saya seratus persen dalam hal pengembangan bakat, minat dan kemampuan saya.

Hanya saja, karena beliau lulusan SMK, beliau mungkin tidak mengetahui bahwa pelajaran yang disukai dan dikuasai anak ketika SMP bisa menjadi salah satu tolak ukur pengambilan jurusan ketika si anak sudah masuk SMA.

Karena SMK itu pelajarannya dekat dengan mata pelajaran hitung-hitungan, jadi ekspektasi beliau, anak-anak bakal memilih jurusan IPA waktu SMA. Beliau tidak paham betul, kalau di SMA itu ada tiga jurusan, IPA, IPS dan Bahasa. Dan saya memilih IPS untuk penjurusan karena saya merasa lemah dalam hitung-hitungan dan teknik.

Reaksi bapak? Jelas marah lah. Hehehe. Debat berhari-hari dengan argumen masing-masing. Bapak memaksa saya untuk masuk IPA, alasannya lapangan pekerjaan di IPA itu lebih banyak daripada IPS. Sedangkan saya bersikukuh memilih IPS karena hasil tes peminatan condong ke IPS daripada IPA. Selain itu, saya sampaikan ke Bapak, kalau saya lemah di matematika dan semua yang berbau hitung-hitungan. Tetap, Bapak tidak bisa nerima argumen saya dong. Bagi beliau, saya masih mampu buat masuk ke IPA.

Tidak mudah merayu Bapak. Saya dan Bapak sama-sama keras. Argumen kami sama-sama kuat. Tapi entah apa yang membuat Bapak akhirnya membukakan pintu ijinnya untuk saya untuk ambil IPS. Tapi dengan syarat, mata pelajaran di IPS yang ada hitung-hitungannya, harus dapat nilai bagus. Saya okein saja, mumpung pintu ijin itu belum ditutup lagi. Alhamdulillah.

Mata palajaran IPS yang hitung-hitungan sebenarnya tidak banyak saat itu. Hanya matematika dasar untuk IPS dan akuntansi. Tapi buat saya yang malas mikir waktu pelajaran hitung-hitungan, tetap saja harus usaha keras di dua mata pelajaran itu. Demi janji ke Bapak dan tentunya, tidak dimarahi Bapak. Hehe.

Kalau teman-teman SMA saya bilang saya dekat dan ngejar terus guru dua mata pelajaran itu, tujuannya ya memang ingin paham karena ada janji sama Bapak.

Apa hanya sampai di situ saja ceritanya tentang matematika? Oh, tentu tidak.

Lulus SMA, Bapak mengarahkan saya untuk masuk fakultas Ekonomi. Saya menolak. Lagi-lagi karena ada hitung-hitungannya dan saya malas berkutat di sana selama empat tahun nanti. Dengan tegas Bapak tanya ke saya, "kamu mau masuk mana?"

Saya bilang kalau saya mau masuk Psikologi. Bapak heran, fakultas apa itu? Saya bilang, Psikologi pelajari tentang perilaku manusia.

Tahu jawaban Bapak?

"Daripada pelajari sesuatu yang tidak jelas (prilaku) , bukannya lebih baik belajar yang jelas (hitung-hitungan)?"

Saya tetap pada argumen kalau saya mau pelajari itu karena saya suka, karena saya mau, dan saya merasa mampu pelajari bidan ini. Saya juga bilang terus terang ke Bapak, kalau saya lemah di mata kuliah hitung-hitungan. Tapi kali ini memang argumen saya kurang kuat, hanya bermodal itu saja. Tidak ada bukti otentik untuk menguatkan.

Tapi lagi-lagi, Bapak membuka 'sedikit' ijinnya. Dengan syarat, saya harus mengikuti beberapa tes masuk di universitas yang beliau mau untuk mengambil fakultas Ekonomi, baru mengikuti tes masuk fakultas Psikologi. Saya manut. Bahkan beliau siap tukar shift kerja untuk bolak-balik antar saya mengikuti beberapa tes masuk.

Kok ya Alhamdulillah, Allah mengabulkan keinginan saya masuk Psikologi dan gagal di tes-tes masuk Ekonomi. Saya bahagia, Bapak merengut agak marah. Hehe. Ada pilihan dari Bapak ketika itu, untuk menunda masuk kuliah untuk ambil tes masuk Ekonomi tahun depannya lagi. Tapi saya menolak, karena kesempatan sudah di depan mata dan saya tidak mau gambling untuk tahun depan.

Kemudian kalau jaman sekarang ada meme atau video di media sosial yang bilang 'Kalian masuk Psikologi untuk hindari matematika? Itu salah besar!', itu benar sekali, Manteman. Hahaha.

Saya salah perhitungan. Wkwkwkw. Banyak mata kuliah psikologi yang malah dekat sekali dengan hitung-menghitung. Ada mata kuliah statistika, metodologi penelitian, psikometri, dan beberapa mata kuliah pengenalan alat tes, yang memasukkan ilmu matematika di sana.

Puyeng? Jelas. Wkwkw. Mengulang mata kuliah bareng adik tingkat? Jelas. Adu argumen saat selesaikan tugas statistik dengan dosen? Sudah pernah. Ujian skripsi dan adu argumen dengan dekan sebagai penguji ujian? Juga pernah.

Lalu, apa itu membuat saya jadi malas kuliah? Alhamdulillah, lancar jaya dengan usaha sampai kliyengan dan muntah-muntah setelah ujian skripsi. Haha. Sebuah kenyataan yang harus dihadapi saya sebagai siswa yang menghindari matematika tapi tetap denial kalau hitung-hitungan itu sebenarnya sangat penting hidupnya.

Sekarang, setelah kerja dan memberikan materi bakat, minat dan kemampuan ke siswa-siswa saya, akhirnya saya menyadari bahwa dalam hidup, kita tidak bisa menghindari hal-hal yang tidak kita suka. Tapi yang bisa kita lakukan adalah menghadapinya semampu kita

Rezeki Adalah Hal yang Membahagiakan yang Kita Dapat

| on
Minggu, November 08, 2020


Bagi saya pribadi, rezeki adalah apa yang saya terima dan membuat hati saya bahagia


Ketika kita berbicara tentang rezeki, tentu kita tidak mau mengkotak-kotakkannya hanya berdasarkan pada penghasilan yang kita dapatkan bukan? Rezeki bukan hanya uang yang kita terima setelah kita bekerja keras, atau uang yang kita terima dari orang lain karena belas kasihan.

Mau dirinci satu per satu, sepertinya malah saya sendiri yang tidak bisa menguraikannya dengan detail. Bukan karena saya tidak banyak menerima rezeki dalam kehidupan saya, tapi saya malah menerima banyak sekali rezeki yang tidak terhitung jumlahnya, yang membuat saya harus sering-sering bersyukur.

Dan sering kali dari kita, menerima rezeki dengan tidak diduga-duga. Tapi juga sering kali dari kita tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah rezeki, sehingga luput kita bersyukurnya. Sedihnya, saya sendiri masih seperti itu. Rasanya ingin merutuki diri sendiri karena sering lupa bersyukur.

Salah satu rezeki yang tidak diduga salah satunya adalah adanya momen membahagiakan. Entah momennya itu sudah direncanakan, atau momennya tiba-tiba muncul. Seperti yang baru saya alami tadi pagi.




Bisa berolahraga adalah salah satu rezeki yang patut saya syukuri. Mengingat mencari waktu untuk berolahraga, bagi saya cukup sulit. Selain karena sehari-hari harus melaksanakan to-do-list yang kadang tidak bisa diselesaikan dalam waktu satu hari, saya harus mengalahkan rasa malas untuk berkeringat.

Tetapi karena ingin sehat, setiap ada kesempatan untuk berolahraga, saya berangkat. Waktu yang paling bisa saya utak-atik hanyalah ketika saya work from home, dan mengambil setidaknya setengah sampai satu jam di jam 6 pagi, untuk berjalan cepat keliling komplek. Karena ketika work from home, paginya saya tidak terlalu tergesa-gesa untuk mempersiapkan sarapan. Tidak seperti ketika saya harus berangkat ke kantor.

Mumpung hari Minggu dan dari awal sudah niat beli makanan saja untuk sarapan, jadi saya sempatkan untuk pakai sepatu olah raga dan keliling kompleks untuk olahraga. Jalan cepat saja, karena kalau lari, saya sudah tidak sanggup. Wkwkw, apalagi dengan pakai masker. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan berolahraga dengan badan yang sehat.

Karena sudah diniatkan sedari awal untuk beli sarapan, sepulang olahraga, sekalian saya beli sate ayam di dekat lapangan sepak bola yang ada di tengah-tengah kompleks perumahan. Belum selesai sate jadi, Ibu saya menelepon. Beliau mau ke rumah, mau mengambil ayam di kandang yang ada di belakang rumah Adik saya untuk disembelih. (FYI, rumah saya dan adik itu bersebelahan).

Karena saya masih menunggu sate matang, Ibu tidak mau menunggu saya untuk menjemput Beliau dan memilih untuk jalan sendiri ke rumah. Rumah kami hanya berjarak beberapa gang saja, jadi terbilang dekat kalau mau saling mengunjungi.

Mungkin, dikunjungi oleh ibu sendiri (yang notabene rumahnya berdekatan dengan kita) adalah hal yang biasa. Tapi kali ini tidak bagi saya. Karena ternyata, ayamnya disembelih di belakang rumah Adik dan kami kerja bakti mencabuti bulunya.

Lalu mengapa momen ini menjadi momen yang tidak biasa dan patut saya syukuri?




Momen ini adalah rezeki dadakan. Saya diberi kesempatan berbincang secara intens dengan Ibu sambil mencabuti bulu ayam. Meskipun tidak lebih dari dua jam, tapi ternyata banyak cerita yang saya dapatkan dari Beliau dan keluarga besar kami. Yang bisa jadi, cerita-cerita ini tadi menjadi catatan tersendiri bagi saya nanti ketika Beliau sudah wafat. Wallahu’alam.

Semenjak saya dan Adik bekerja dan menikah, berkumpul dengan keluarga dengan banyak waktu begini, adalah momen yang terbilang harus kami usahakan untuk ada. Iya, momen pagi ini bersama Ibu adalah hal yang membuat saya bahagia. Dan ini adalah rezeki untuk saya. Mendadak dapatnya. Alhamdulillah. 

Definisi Bahagia: Guru BK vs Murid

| on
Sabtu, September 05, 2020

Pada suatu hari di tahun 2018 lalu, tiba-tiba saya ditanya oleh salah satu siswa bimbingan saya, yang sedang melakukan konseling pribadi di ruang BK. 

“Apa yang buat Ibu bahagia setiap hari?”

“Hm, apa ya? Sepertinya banyak.” Jawab saya ketika itu.


Sambil memandang wajah saya dengan penuh ketegasan, dia berkata, “Aku rasa, aku sudah tidak merasakan kebahagiaan apa-apa sekarang, Bu. Rasanya aku ingin keluar dari masalah ini, tapi aku tidak mungkin meninggalkan ibuku sendiri di kota ini.”

Saya kaget dengan reaksinya, sekaligus merasa bersalah dengan jawaban saya.

Melihat mimik wajah saya yang berubah, dia menimpali, “Kebahagiaan tiap orang beda-beda kan, Bu? Ibu tidak perlu merasa bersalah ke aku.”

Kemudian saya tertawa kecil mendengar kalimatnya. Sebuah rangkaian kata dari gadis manis yang masih berusia 15 tahun. Sebuah kalimat yang menunjukkan dia lebih dewasa ketimbang usianya. Masalah yang bertubi-tubi datangnya di keluarga dia, tidak mengganggu proses belajarnya. Malah membuat dia lebih matang dalam berfikir ketimbang teman-temannya.

Dia juga tersenyum, kemudian tertawa.

Saya bertanya, “Kenapa kamu tertawa? Bukankah baru saja kamu bilang kalau kamu tidak merasa bahagia?”

Dengan membetulkan posisi duduknya dia menjawab, “Karena setidaknya ada Ibu yang mau menyimpan masalah terbesarku.”

Nyesss ...

Hati ini sepeti disiram es batu di siang hari yang panas. Sebuah kebahagiaan bagi saya sebagai guru Bimbingan Konseling, ketika ada siswa yang mengatakan dia nyaman berbagi dengan saya.

.
.


Sepenggal cerita yang buat saya kangen untuk berangkat ke sekolah dan bertemu siswa-siswa saya, seperti sebelum masa pandemi. Karena momen seperti ini, tidak bisa didapat oleh guru Bimbingan Konseling ketika melakukan pembelajaran dari rumah (PJJ dan BDR).

Salah satu kebahagiaan yang setiap hari saya rasakan ketika saya berangkat kerja. Meskipun membantu siswa-siswa yang memiliki masalah itu sedikit melelahkan, tapi ada sisi di mana saya merasa bahagia karena merasa berguna dan bermanfaat untuk orang lain.

Demikian. Hanya berharap semoga pandemi ini segera berlalu dan saya bisa bertemu dengan mereka kembali dalam kondisi sama-sama sehat.



Hadiah 100 Juta Untuk Apa? [Day 29]

| on
Selasa, Desember 18, 2018
Saat saya masih SMA dulu, ada seorang guru baru dari Bali dan jadi orang yang paling dicari oleh para siswa perempuan. Bukan karena parasnya yang ganteng (dia sudah menikah dan sudah punya satu anak laki-laki), tapi karena dia katanya bisa 'meramal' masa depan hanya dari melihat tulisan tangan.

Kebahagian Sederhana Menjadi Seorang Guru Bimbingan Konseling [Day 27]

| on
Minggu, Desember 16, 2018

Dalam artikel sebelumnya, saya mengatakan lebih memilih pekerjaan utama saya adalah seorang guru. Meskipun saya mendapatkan sumber penghasilan lainnya dari blog dan media sosial, tapi menjadi seorang guru itu masih memiliki tantangan tersendiri bagi saya. Cerita lengkapnya ada di artikel ini ya, please click. Hihi.

Kenapa tantangan? Apakah seberat itu tanggung jawab seorang guru?

Ketika awal-awal saya terjun di pekerjaan ini, saya ngga tahu harus memulai dari mana. Karena teori menjadi guru hanya saya dapatkan selama satu tahun saja, ketika saya mengambil program Akta IV di tempat saya kuliah. Itu pun pikiran saya harus terbagi dengan tugas-tugas dan skripsi psikologi di semester tujuh dan delapan.

Tapi sebuah catatan kecil di meja kerja sangat membantu saya menentukan tujuan saya mengajar, serta bagaimana saya harus mengambil langkah-langkah saat berhadapan dengan siswa. Catatan kecil ini peninggalan salah satu guru di kantor saya yang dia pindah karena ikut suaminya kerja di Bekasi (tapi kalian tahu, dua tahun yang lalu dia kembali ke Gresik dan kerja lagi di tempat saya mengajar. Haha).

"Menjadi seorang guru adalah pekerjaan mulia karena mengajarkan setiap orang untuk menjadi orang penting"

Karena semua orang berhak menjadi orang penting dalam fase kahidupannya. Baik kelak penting hanya untuk dirinya sendiri, atau penting bagi orang lain. Tapi saya yakin kok, setiap orang pasti penting bagi orang lain. Karena Tuhan menciptakan manusia untuk bermanfaat bagi yang lainnya. Sedangkan salah satu tugas guru adalah mengawal dan membimbing siswa supaya menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang penting dan kelak bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.


Mungkin banyak keluhan yang didengar di masyarakat tentang susahnya menjadi guru jaman sekarang. Sebenarnya ngga susah-susah amat sih, kalau kita mau mengajari mereka dengan kita menjadi teman mereka. Posisikan mereka sebagai seorang teman, karena teman itu adalah posisi paling aman untuk mereka mau membuka hati pada gurunya.

Lalu, posisikan pola pikir kita sesuai usia siswa yang kita hadapi. Supaya kita mudah menerka problem yang sedang mereka hadapi dan membantu mencari jalan keluar sesuai usianya. Kalau mengajar anak SD, ya posisikan diri berpola pikir anak SD. Remaja juga gitu, posisikan pola pikir kita seperti remaja jaman sekarang. Pelajari perubahan yang terjadi, pelajari tren yang lagi booming, pelajari keinginan siswa jaman sekarang, dan masih banyak lagi.

Adakah hal yang membahagiakan sebagai seorang guru? Lha, banyak banget. Itulah kenapa saya masih keukeuh mempertahankan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama saya. Ada beberapa kebahagiaan sederhana saat saya menjadi guru BK bagi siswa SMP.


1. Saat mereka mau datang sendiri mencari saya untuk menceritakan masalah yang sedang mereka hadapi.

Mengubah pandangan masyarakat terhadap stigma bahwa guru BK itu menakutkan, itu susah sekali. Kami harus lebih menambah porsi senyum, kami harus menurunkan ribuan kilo menuju suara rendah, menahan ribuan dorongan supaya ngga lekas marah di depan para siswa.

Ketika siswa datang sendiri mencari kami untuk menceritakan masalah yang sedang mereka hadapi, itu artinya semua usaha kami di atas tadi memberi perubahan besar pada stigma masyarakat, terutama pada pelakunya sendiri yaitu para siswa. Dan kalau mereka mencari kami sendiri, artinya mereka sudah bisa terbuka pada orang dewasa yang mereka percaya.


2. Saat siswa saya mau mendengarkan materi yang saya sampaikan, dengan memberi argumen yang sesuai dengan isi materi.

Kalau ini artinya apa? Artinya mereka mendengarkan, artinya mereka menyimak. Bahkan ketika tidak di kelas. Misalnya seperti beberapa waktu yang lalu saat mereka berpapasan dengan saya di hall sekolah. Bertanya ini itu karena suatu masalah, dan mereka bisa menarik kesimpulan yang ujung-ujungnya sesuai dengan materi yang pernah saya sampaikan.


3. Ketika siswa saya chatting menceritakan tentang keberhasilan yang baru dia dapatkan.

Keberhasilan itu juga perlu diceritakan ke orang lain bukan? Dengan begitu, kita bisa mengadakan perayaan kecil-kecilan meskipun itu hanya virtual lewat pesan online. Saya bahagia, ketika suatu hari seorang siswa saya tiba-tiba mengirim DM via IG, bercerita kalau nilai raportnya lebih bagus daripada sebelumnya. Ah, bahagianya karena dia mau berbagi kebahagiaan dengan gurunya, disaat dia dikelilingi banyak teman-teman baik.


4. Mengetahui bahwa siswa saya memiliki minat di bidang tertentu dan mau menekuninya

Salah satu materi BK adalah membimbing siswa untuk mengetahui minatnya masing-masing. Tapi salah satu tugas guru BK adalah memotivasi siswa untuk mengembangkan minat yang sudah mereka tekuni, sejauh minat itu bernilai positif untuk mereka. Ketika ada beberapa siswa yang bercerita kalau mereka sedang menekuni ini atau itu, saya merasakan ada kelegaan karena bahagia. Artinya mereka memiliki waktu luang yang nggak terbuang sia-sia. Artinya mereka sudah mengetahui apa saja yang dia suka dan bagaimana cara mengembangkannya sesuai kondisi dirinya sehari-hari.

Dan saya mau saja kok mendukung mereka untuk terus melaju supaya kemampuan mereka terus terasah. Mau bantu share foto yang mereka lombakan? Ayo ajah. Mau subscribe dan like Youtube channel mereka? Kemon ajah. Mau koreksi tulisan fiksi mereka? Nggak masalah.


5. Para alumni nggak lupa buat berkunjung ke sekolah lamanya.

Saat sudah seumur saya begini, saya bisa membandingkan, saat kapan saya benar-benar memiliki banyak kenangan menyenangkan di bangku sekolah. Itu memotivasi saya untuk mau berkunjung ke sekolah saya yang lama, untuk menggali kembali euforia saat saya sekolah dulu, menggali kenangan-kenangan lama yang mungkin tidak saya prioritaskan.

Saat para siswa saya yang sudah alumni datang berkunjung dan menghampiri gurunya, ada rasa takjub dalam diri saya. Perasaan bahagia dimana ternyata kami para gurunya itu menjadi kenangan yang baik bagi mereka, menjadi bagian dalam memori-memori kehidupannya, juga menjadi orang-orang yang ikut andil dalam keberhasilannya.

Custom Post Signature

Custom Post  Signature