Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

(Flash Fiction) MFF #23 : Aku, Ling.

| on
Jumat, Agustus 30, 2013
credit

Ruangan ini terasa dingin bagiku. Bukan karena suhu yang dingin karena hujan deras di luar sana, tapi lebih karena suramnya ruangan. Tak lama, masuk seorang wanita usia empat puluhan dengan tulang pipi yang terlihat kuat, mendukung profesinya sebagai polisi.

"Oke Ling, siapa dibalik ini semua?" Dia bertanya sambil menentukan posisi duduknya. Aku diam memandanginya.

"Ling?"

Kali ini kutundukkan wajahku. Ternyata ini malah membuatnya geram.

"Hei, jawab pertanyaanku!" teriaknya sambil menyodorkan wajahnya tepat di depan wajahku yang masih tertunduk. Aku tidak takut dengan teriakannya, tapi aku lebih takut pada Yu, yang saat ini pasti mengirim anak buahnya untuk mencariku karena barangnya tak sampai tepat waktu.

Kuangkat kepalaku, kutatap wajah wanita di depanku. Tiba-tiba sebuah ide melayang di depanku. "Aku ingin bertrasaksi denganmu, Claire."

Kening wanita berkerut, sedikit. "Transaksi?! Beraninya kamu!"

"Oh, ayolah Claire. Semua orang di kantor ini tahu kalau kamu menginginkan lowongan kolonel. Kasus ini adalah kasus besar karena melibatkan pihak kejaksaan. Dan jika kamu berhasil dalam kasus ini, pintu menuju kolonel akan terbuka bukan?"

Claire tertegun, tampak membenarkan ucapanku. Sedangkan ini adalah kesempatanku untuk memenangkan kendali.

"Beri aku keamanan tingkat tinggi dan perlindungan identitas saksi. Dan aku akan membantumu memperoleh obsesi karirmu."

Claire terdiam. Namun, tak lama dia kembali mencondongkan wajahnya di depan wajahku. "Kenapa kamu berfikir aku mau bertransaksi denganmu?"

"Karena hanya aku aset yang memiliki informasi tentang hilangnya dua kilogram morfin di gudang penyimpanan barang bukti di kejaksaan," jawabku.

Kuperhatikan gestur Claire yang menunjukkan kalau dia mulai berfikir. "Aku sebagai sekretaris di kejaksaan, seharusnya lebih tahu tentang seluk beluk kejaksaan bukan?" tanyaku untuk meyakinkan Claire.

"Baiklah. Aku atur semuanya. Dan persiapkan jawabanmu," ucap Claire sambil beranjak,

Aku tersenyum atas kebodohan Claire. Aku memang tak ingin tertangkap anak buah Yu, tapi aku pun juga tak mau Clare semudah itu mendapatkan promosi jabatannya. Kumulai berfikir, manyusun rencana-rencana penyelamatan diri.

***
pas 300 kata ^^

Tips Menyapih Penuh Cinta

| on
Kamis, Agustus 29, 2013
credit

Menyapih merupakan episode tersendiri bagi seorang ibu, yang mungkin bisa jadi sebagai episode yang menyedihkan dan penuh haru atau episode yang penuh dengan rasa penyesalan atau bahkan malah menjadi episode yang biasa-biasa saja. Saya pribadi, menyapih adalah episode yang penuh haru biru dan penyesalan. Bagaimana bisa? Ya, saat saya belum siap menyapih, saya dipaksa untuk menyapih Arya. Karena kecelakaan itu, membuat saya harus tega untuk menyapih. Lengkap ceritanya bisa dibaca di sini ya.

Baiklah, saya tidak akan membuat kecengengan saya berlarut-larut *buang roll tissue* karena episode menyapih itu sudah berlalu beberapa minggu yang lalu dan akhirnya berhasil. Kali ini saya mau bagi-bagi tips bagaimana supaya menyapih tidak terlalu menjadi episode yang menyedihkan bagi para ibu. Check this out, Mom.

1. Seorang ibu yang berniat menyapih anaknya haruslah tega dan meneguhkan hati. Mengapa? Karena kita akan terus-terusan mendengar bayi kita merengek supaya kita mau menyusui mereka kembali. Kegagalan ibu saat menyapih rata-rata karena tidak tega karena bayinya merengek terus. Saya saja, dua kali gagal menyapih Arya ya karena faktor ini *tutup muka malu*.

2. Saya selalu meyakinkan diri saya sendiri bahwa menyapih merupakan proses pembelajaran tersendiri bagi Arya. Dengan menyapih, Arya harus belajar bahwa tubuhnya harus memiliki imunitas tubuh yang lebih baik lagi. Karena dia sudah tidak lagi mendapatkan imunitas alami yang dulu mudah dia dapatkan dari ASI. Jadi, Arya harus belajar untuk mau makan makanan yang lebih sehat dan menghindari makanan yang banyak mengandung pengawet. Arya juga harus belajar kebiasaan-kebiasaan baru seperti banyak minum susu pengganti ASI, banyak makan buah, tidak selalu meminta menyusu dan belajar menerima konsistensi yang saya berikan untuk mengurangi kebiasaan menyusunya. Arya juga harus belajar untuk lebih kuat dalan menghadapi masalah. Bagi bayi seusia Arya yang baru 21 bulan, menyapih menimbulkan masalah baru. Seperti merasa tertolak saat ingin menyusu atau saat ingin bermanja-manja dengan saya atau merasa bahwa saya tak lagi menyayangi dia.

3. Jika sudah meyakinkan diri untuk menyapih bayi kita, lakukan sounding jauh-jauh hari sebelum anda benar-benar menyapihnya. Setidaknya dua minggu sebelum anda menyapihnya. Sounding ini kita lakaukan berulang-ulang. Sounding itu seperti membisikkan kalimat mantra supaya bayi kita mengerti bahwa kita akan menyapihnya. Kalimat sounding yang umum seperti, "Sayang, kakak sudah besar. Sudah waktunya berhenti mimik Mama, ya."

4. Sampaikan pada keluarga bahwa kita akan menyapih bayi kita. Tak perlu sungkan untuk minta bantuan, terutama untuk mengalihkan perhatian bayi kita saat dia minta menyusu. Saat menyapih Arya, saya meminta bantuan Papa dan ibu saya untuk mengalhkan perhatian Arya saat dia minta menyusu. Saat Arya minta menyusu malam hari, Papa yang langsung mengalihkan perhatiannya dan mengajaknya untuk mau minum air putih *Arya enggak suka minum susu UHT malam hari*. Atau, saat Arya benar-benar rewel, saya minta bantuan ibu untuk sementara tidur dengan Arya di kamar lain.

5. Sediakan selalu buah dan cemilan sehat untuk bayi kita. Jika bayi kita minta menyusu, kita alihkan dengan memberi dia buah atau camilan sehat. Mungkin, di awal-awal bayi kita akan berontak. Namun, jika kita telaten menyodorkan buah dan camilan, maka bayi kita bakal luluh juga. Secara dia kan dah merasa lapar.

6. Di awal menyapih, bayi akan mudah lapar dan terkadang membuat nafsu makannya meningkat. Ini menyenangkan. Karena itu, buatkan bayi kita makanan yang rasanya enak, bentuknya menarik *bento misalnya*, sehingga tidak menimbulkan rasa bosan pada bayi. Tetap ya, kombinasi dengan buah dan sayur supaaya giznya terpenuhi.

7. Di awal menyapih, bayi akan mudah marah, mudah ngambek dan terasa amat manja. Cara satu-satunya untuk mengatasinya adalah tetap selalu bersikap lembut namun tegas. Lembut saat menghadapi rengekan si bayi dan tegas saat si bayi mulai tantrum.

8. Jangan langsung menghentikan proses menyusu. Hal ini dapat membuat bayi kita kaget dengan kebiasaan baru, sehingga membuat dia semakin rewel. Akibat lainnya adalah pada kondisi fisik sang ibu. Payudara akan mengeras dan sakit bila tersentuh. Ini terjadi pada saya kemarin karena saya mendadak harus menyapih Arya tanpa sounding jauh-jauh hari sebelumnya. Akan lebih baik mengurangi jadwal menyusunya. Misalkan, ijinkan bayi kita menyusu saat malam hari saja. Atau biasanya dalam sehari dia menyusu delapan kali. Setelah bayi kita terbiasa dengan rutinitas baru, ubah lagi dengan mengurangi lagi jadwal menyusunya menjadi lebih sedikit. Hingga akhirnya tidak menyusu sama sekali.

9. Tetap berikan cinta yang sama besarnya kepada bayi anda seperti saat anda masih menyusuinya.

Demikian ya tips menyapih dari saya. Semoga bisa membantu proses weaning with love ibu-ibu sekalian. Salam penuh cinta dari saya ^^

(Flash Fiction) MFF #22 : Imitasi

| on
Minggu, Agustus 25, 2013

Lampu-lampu kuning kecil menyala di sekeliling kapal pesiar. Kain sifon berwarna baby pink yang menutupi kulit putih Fatiya, berkibar kencang karena serangan angin laut. Kapal ini berlabuh.

Hingga pukul satu malam, Fatiya sudah menghabiskan dua gelas margarita. Dinikmati margaritanya yang ketiga, kemudian beralih dari bar menuju sebuah meja bundar dengan sofa rendah.

Membosankan. Dihempaskan tubuhnya yang tinggi ke sofa. Tak lama, Dyan dan Fani mendatanginya dengan tubuh yang mulai sempoyongan.

"Hei si Ratu Pesta, tumben sekali hanya mojok di sini? Nggak turun?" Dyan mengambil gelas margarita milik Fatiya namun direbut Fatiya cepat.

"No! Elo nyetir," ucap Fatiya yang kemudian menyesap sedikit margaritanya lalu mengalihkan pandangannya ke arah laut yang gelap.

Hingga seorang pelayan meletakkan secangkir minuman bernama Jump We di meja. "Untuk Nona bergaun pink," ucap si pelayan.

Terdengar Dyan meneriakkan 'woha' dengan keras. Fatiya bergerak malas. Melirik sejenak pada Jump We yang sudah diminum Dyan lalu menoleh pada pelayan yang menunjuk seorang pria dengan setelan jas berbahan wol tipis.

Tak ada salahnya. Lumayan, penghilang bosan. Fatiya mengambil Jump We dari tangan Dyan kemudian berjalan ke arah pria itu. Sambil pula memainkan ranting kalung dan senyum menggoda.

***

Pipi Fatiya menghangat karena sinar matahari yang masuk dari celah tirai, membuatnya memincingkan mata, kemudian meraba kasur. Nihil. Tak ada tubuh pria sedang merebah di sana.

Kepalanya sedikit pusing. Pria berjas wol itu bermain cinta seperti seorang raja yang haus bercinta dengan budaknya. Badannya masih telanjang saat Fatiya meraih smartphone. Namun dia tertegun sejenak, menyadari kalung dan gelangnya tak lagi ada.

"Sial! Laki-laki itu cuma mau kalung gelang gue," ucap Fatiya saat Fani mengangkat teleponnya.

"Jemput gue, ya."

"Iya, gue masih di kapal.”

"Oh, kalung itu? Biar deh. Itu imitasi, punya kakak gue. Elo kan tau gue lagi bangkrut. Mana ada duit gue buat beli kalung satu set? Hahaha."

____

298 kata ^^

Memotivasi Diri Dengan Bucket List

| on
Senin, Agustus 19, 2013


Setiap manusia, pastinya punya wish list atau wish bucket dalam hidupnya. Begitupun saya lho. Ya, meskipun wish list saya ngga selalu saya susun rapi di buku agenda atau dijadikan target hidup, tapi setidaknya jadi angan-angan *uhuk*.

Saya mau kasih tau wish bucket saya ya, tapi jangan diketawain kalau ada beberapa wish yang rada ngaco alasannya. Hohoho.. Doakan terkabul ya.. ^^ This is it!!!

1. Saya ingin cepet sembuh dari patah tulang tangan kiri. Ini jadi wish nomer satu soalnya memang urgent banget, sodara. Biasanya saya ngapa-ngapain dengan dua tangan, tapi sekarang cuma bisa satu tangan. Dan ini membuat beberapa pekerjaan menjadi lama penyelesaiannya. Dan ada beberapa pekerjaan yang saya sudah ngga bisa lagi melakukannya. Ya, mobilitas jadi terganggu kan? Semoga bisa lekas sembuh. Amin.

Ini waktu baru pulang dari rumah sakit. Bengkak banget ya?


2. Semoga Papa dan Arya sehat terus. Ini sepertinya wish yang selalu saya pinta, terutama setelah saya kecelakaan kemarin. Seraya ada ketakutan tersendiri. Tapi tetap, saya harus positif thinking bahwa Allah akan terus memberikan kesehatan bagi keluarga saya.

Arya mah semangat banget kalau ada orang beberes :)

3. Berharap cepat bisa nyetir mobil. Yang saya pikirkan adalah saat saya nantinya punya anak lebih dari satu, mobilitasnya enak. Sekalian saya antar mereka ke sekolah dan saya berangkat kerja juga. Suami kan ngga mungkin antar soalnya lokasi kerjanya beda arah. Orang jawa bilang, nyempal. Eh tapi ya, karena saya tangannya masih belum sembuh, trus anak saya masih satu *masih 21 bulan pula*, sepertinya wish ini jadi mundur deh dipenuhinya.

4. Saya pengen punya vacuum cleaner. Alasannya? Gresik mah berdebu sekali akhir-akhir ini. Pabrik tiap waktu semakin banyak. Pohon sudah banyak yang ditebang, jadinya tampak kering dan berdebu. Saya mikirnya, kalau punya vacuum cleaner kan enak ya. Ngga terlalu capek bersihin rumah yang selalu berdebu. Kemarin puasa sempat liat-liat vacuum cleaner di toko bangunan, ternyata watt-nya besar, sodara. Ngga cukup sama daya listrik di rumah.

5. Pengen masukkan Arya di pondok pesantren kalau udah sekolah menengah ntar. Seperti saya dulu, SMA di pondok pesantren. Tapi kayanya Papa kurang setuju. Hm, ntar deh dibicarakan lagi sama Papa.

6. Pengen punya 'bengkel' scrapbook di rumah. Minimal ruang khusus buat garap scrapbook, tempat khusus nyimpan kertas scrap, laci-laci untuk nyimpan pernak-perniknya. Sehingga barang-barangnya ngga berserakan dimana-mana seperti sekarang.

Pengen punya seperti ini..!!! 

7. Saya suka scrapbook handmade. Dan saya butuh alat-alat serta bahan scrapbook yang menunjang. Tapi, harganya mahal-mahal. Butuh dana khusus buat itu. Semoga bisa semakin rajin sisihkan dana buat beli alat dan bahan scrapbook biar tambah bersemangat berkreasi *kibas-kibas poni*. 


Ini border punch mahal banget lho, bisa sampai 150 ribu harganya.

Akhirnya saya beli yang model beginian soalnya harganya lebih murah, trus pakai sedikit trik biar hasilnya bisa panjang seperti di atas :) sumber dari sini

8. Ingin bisa dapatkan penghasilan dari bikin scrapbook. Uhuy... Ini mah sudah jadi impian tapi sayanya masih kurang pengalaman. Jadi belum berani lempar karya ke pasaran. Masih belum pede. So, harus sering-sering buka album foto buat dijadikan scrapbook. Latihan. Latihan. Latihan.



9. Ingin punya lemari buku sendiri. Mengingat buku-buku bacaan yang semakin banyak, kayanya memang harus punya lemari buku sendiri deh. lagi-lagi biar ngga berserakan dimana-mana.

10. Sampai sekarang berusaha untuk terus semangat menulis. Berharap nantinya bisa dimuat di media cetak dan bisa menulis sebuah buku. Saya jadi ingat Winna Effendi yang berkeinginan untuk menerbitkan minimal sebuah buku dalam hidupnya. Jadi pemicu kan buat saya? Makanya saya sekarang rajin ikutan kuis, giveaway atau lomba nulis. Biar deh dibilang banci kontes, cuek aja.

11.Saya ingin rumah saya terpilih jadi peserta bedah rumah. Bukan seperti acara bedah rumah yang ada di televisi kita dulu lho, tapi lebih mirip dengan acara House Clean di Amerika sono. Rumah dirapikan, barang-barang yang sekiranya tidak penting harus dijual sebagai tambahan biaya perbaikan rumah. Wah... pasti rumah saya jadinya lebih teratur, longgar dan ngga lagi banyak barang yang numpuk gara-gara barang-barang yang sebenarnya dah ngga perlu.

12. Saya ingin berkeliling Indonesia. Saya nggak muluk-muluk kok ingin ke luar negeri *duit siapa coba?*, keliling Indonesia pasti sudah seru. Saya ingin ke Batam, bertemu sahabat saya, HM Zwan. Saya ingin ke Jakarta bertemu mbak Orin, juga ke Pekanbaru bertemu Mayya. Kami mimin Berani Cerita yang eksis tapi nggak pernah ketemuan. Saya ingin ke Bali *again*, ke Lombok yang pantainya masih bagus banget. Ingin ke Raja Ampat yang indah banget. Pokoknya keliling Indonesia. Bertemu banyak orang baru, kopdar dengan teman-teman, melihat budaya yang berbeda, sambil jepret-jepret buat kenangan. Tapi sepertinya masih belum bisa dipenuhi sekarang. Secara Arya masih kecil, dan si Papa bukan orang tipe yang suka travelling *rayu Papa dulu ah*.

13. I love high heels! Saya ingin terus menambah koleksi high heels. Terutama heels lancip dengan tinggi 7 cm dengan sol warna merah yang terkenal itu. Uhuk! Artinya, saya harus kuruskan badan dulu biar nggak gampang terkilir waktu pakai heels lancip. Aish, dan harus tutup telinga kalau ntar Papa dan ibu saya nyindir-nyindir heels saya yang udah kebanyakan itu.

15. Saya dulu punya impian buat mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak yang tidak mampu. Saya sejak kecil hidup dengan dimudahkan Allah dalam hal pendidikan. Sehingga saya ingin memudahkan anak-anak dari keluarga tidak mampu dalam urusan sekolah. Dan sampai sekarang pun wish itu masih terus saya pupuk supaya terkabulkan. Memang tidak semudah yang saya kira, karena njlimetnya urusan dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Tapi semoga itu terkabul. Amin...

16. Saya ingin punya kamera DSLR. Huwaaa... bagi saya orang yang memotret dengan kamera DSLR itu keren sekali gesturnya. Hihi.. memang nggak banget alasannya, tapi kekerenan seseorang itu saat menggunakan suatu produk itu mengandung makna persuasi. Tapi ya gitu, harus mau belajar fotografi biar hasil jepretannya bagus. Malu dong kalau kemana-mana bawaannya DSLR tapi hasilnya biasa aja.

17. Saya ingin terlibat dipembuatan film serial CSI. Saya terkagum-kagum dengan film CSI yang bagus banget dalam detail penguraian kasus. Sampai sekarang masih penasaran dengan proses kreatifnya. Gimana proses penulisan scriptnya, audisi pemain, persiapan syuting, proses pemasaran film dan lainnya. Tapi yang bikin saya sangat penasaran adalah penggalian ide cerita oleh si penulis. Sumpah, ide cerita CSI sangat hebat dan sangat detail!
CSI : New York yang paling detail. Sekarang sudah season 9 dan mau tamat. Hiks,

18. Ingin segera punya anak lagi. Kenapa sih kok cepet-cepet padahal umurnya Arya baru 21 bulan? Ya, soalnya Arya udah mulai ngalem banget ke saya sama Papa. Ini artinya Arya sudah butuh teman untuk berbagi dan sharing dalam keluarga. Tapi kayanya kudu ditunda dulu deh sampai lengan kiri ini sembuh. Palingan sekitar setahun ke depan. Sabar dulu ya..

19. Saya ingin diving! Ingin banget, nget, nget!! Ngeliat alam bawah laut yang indah di tivi, rasanya ingin ke sana sendiri. Ngga bisa bayangin terkagumnya saya sama ikan yang kesana-kemari di depan mata, gelembung udara yang berlomba lari menuju permukaan laut, memandang dasar laut yang sangat berbeda dengan tanah yang saya pijak sekarang, dan masih banyak lagi. Tapi eh tapi, kendalanya adalah saya nggak bisa berenang! Nggak banget kan? Artinya, kudu lancar berenang dulu baru deh rencanakan diving.


20. Ingin buka bisnis manicure-pedicure plus nail art. Ini terinspirasi sama acara Nail File yang mengulas bisnisnya Katie Kazorla dan yang punya website resmi di http://www.thepaintednail.com/. indah banget deh liat kutek-kutek warna manis terpulas di kuku yang terawat. Apalagi kalau ada banyak motif yang ditawarkan ke pelanggan yang oke banget. Wow banget! Sepertinya bisnis ini sip deh ^^


***

Postingan ini diikutsertakan dalam Giveaway 4th Anniversary Emotional Flutter



Sekeping Syukur Dalam Cobaan

| on
Minggu, Agustus 18, 2013
credit

Sebulan yang lalu, tanggal 8 Juli, saya mengalami kecelakaan motor. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini dan di sini. Saat kecelakaan motor itu, saya sedang membonceng ibu saya dan Arya. Dan alhamdulillah, ibu saya dan Arya tidak terluka serius, hanya ibu saja yang memar di lutut.

Meskipun kecelakaan itu membuat saya harus menjalankan operasi pemasangan pen karena siku dan tulang lengan kiri saya patah dan remuk, saya tetap mengucapkan syukur Alhamdulillah. Haduh, masa kecelakaan masih bersyukur? Oh ya, tetap. Saya bersyukur tangan kiri saya yang patah. Coba kalau tangan kanan, malah repot sayanya kan enggak bisa ngapa-ngapain. Saya bersyukur, motor saya hanya tergores di bagian spion. Coba kalau sampai remuk, biaya perbaikannya malah banyak lagi dan malah membenani pengeluaran saya dan Papa. Saya bersyukur, karena orangtua si tersangka mau bertanggungjawab membiayai operasi dan rawat inap saya di rumah sakit. Saya bersyukur bahwa hanya saya saja yang terluka parah sedangkan ibu dan Arya tidak kenapa-kenapa. Dan yang lebih membuat saya bersyukur adalah saya memiliki keluarga yang perhatian sekali sehingga memudahkan urusan-urusan domestik saya.

Seperti yang selalu saya dengar saat tetangga dan teman-teman menjenguk, saya selalu mendengar kalimat 'Yo sek ono syukure, Mbak. Masio emang kenek molo'. Artinya begini kira-kira, 'Ya masih ada syukurnya, Mbak. Meskipun sekarang terkena musibah'.

Alhamdulillah.

Hingga akhirnya, saya dan Papa melakukan sesi intropeksi diri atas kejadian yang menimpa saya. Mengevaluasi kejadian-kejadian sebelumnya yang berkaitan dengan kecelakaan waktu itu. Mengevaluasi pula kesiapan saya dan keluarga saat kami mengalami kejadian seperti saat ini, sehingga menjadikan kami lebih waspada lagi. Serta memilih berbagai alternatif pemecahan masalah untuk masalah-masalah baru yang muncul setelah kejadian saat itu.

Pelajarannya adalah selalu berfikir positif dimana pun kami berada dan di saat kondisi apapun yang kami alami. Mengapa? Karena alam akan memenuhi apa yang ada dalam pikiran kita. Baik yang positif maupun yang negatif. Dan jika ingin hidup kita tentram, maka hendaknya kita selalu berfikir positif dan menjauhkan pikiran kita dari hal-hal negatif.

Ya, saya pun akhirnya harus berfikir positif supaya aura keberhasilan dan kebaikan selalu berada di dekat saya. Ya, karena berfikir positif  akan menimbulkan semangat dalam diri. Berfikir positif supaya lekas sembuh, sehingga saya bisa kembali pada aktifitas normal saya. Berfikir positif supaya lekas sembuh sehingga membuat saya bersemangat untuk terus kontrol dan menjalankan proses fisioterapi.

Hingga pada akhirnya, saya pun kembali bersyukur karena memiliki suami yang selalu mendukung saya dalam hal apapun, terutama dalam hal kebaikan dan recovery keadaan saat kami terpuruk.


___

“Tulisan ini disertakan dalam TGFTD – Ryan GiveAway” 


[Scrapbook] Arya 2 Bulan - Tertawa Pertama

| on
Rabu, Agustus 14, 2013
Salah satu hal yang membuat bahagia orangtua adalah saat anaknya tertawa. Dan ini adalah tertawa pertama Arya. Dengan kepala plontos setelah acara aqiqoh sebulan sebelumnya *lama juga ngga tumbuh-tumbuh rambutnya ^^







Magang Saat Kuliah? Oke Banget!

| on
Kamis, Agustus 08, 2013


Salah satu mengapa saya suka kuliah psikologi di kampus saya, UIN Malang, adalah kami sebagai mahasiswa diberi kebebasan untuk menjalankan program-program pengembangan diri yang dilakukan saat liburan semester ganjil. Dan program itu bisa dilaksanakan di instansi-instansi yang berhubungan langsung dengan pembinaan masyarakat. Program ini tidak terikat dengan nilai, tidak terikat dengan mata kuliah tertentu namun masih membutuhkan bimbingam dari dosen sebagai penentu keberhasilan program.

Saat liburan semester tiga, saya dan. beberapa teman melakukan kerja sosial di Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA) "BIma Sakti" Batu. Rumah singgah ini khusus untuk anak-anak umur Sekolah Dasar. Dikhususkan untuk anak-anak yang memiliki prmasalahan, seperti suka mengompol, jago bertengkar, suka mencuri barang milik teman, dll. Istilah lami saat itu, Bima Sakti digunakan sebagai tempat rehabilitasi perilaku bagi anak-anak bermasalah yang nantinya dapat meningkatkan hasil belajarnya.



 

Di sana, saya dan teman-teman belajar banyak hal baru terutama berhubungam dengan psikologi anak. Dengan di dampingi dua dosen pembimbing, namanya bu Yulia dan bu Retno, kami menyusun beberapa program sebagai program tambahan untu melengkapi program dari Bima Sakti sendiri. Kami memasukkan outbond di hari Sabtu dan Minggu sebagai salah satu acara refreshing. Kami juga mengadakan pembinaan kelompok kecil bagi beberapa anak-anak yang memiliki masalah ringan (karena masalah berat langsung ditangani pihak Bima Sakti). Dan itu berlangsung selama tiga minggu.

Setelah dari Bima Sakti, di liburan semester lima, saya dan beberapa teman mendaftarkan diri di sebuah SMK Negeri di Pasuruan, Jawa Timur. Hitung-hitung belajar bagaimana menjadi konselor sekolah nantinya. Kami saat itu didampingi satu dosen pembimbing, namun karena beliau mengajar di dua universitas, kami sedikit terabaikan *hiks*. Tapi ya begitulah, jiwa mahasiswa masih kental. Terobos saja, lanjut saja. Program kami saat itu adalah membantu guru bimbingan dan konseling saat konseling individu dan saat bimbingan pribadi maupun bimbingan kelompok. Dan program besar kami adalah mengadakan seminar tentang sex education, yang tentunya dihubungkan dengan yang namanya psikologis remaja. Oke, oke, berjalan dengan lancar meskipun tidak terlalu memuaskan sih. Karena pihak BK di sekolah itu tidak terbuka pada kami. Mungkin karena tampang kami masih mahasiswa kali ya, kurang menjual. Hihihi.. *pletak, mulai ngelantur*.

Dan program-program yang saya dan teman-teman lakukan itu, bermanfaat saat kami PKLI alias praktek kerja lapangan integratif di tahun 2007. Setidaknya saya sudah akrab dengan lingkungan kerja setelah lulus nanti. Hm, itu seh perkiraan awal saya. Nyatanya? Diluar dugaan saudara-saudara! Salah sendiri, kenapa milih tempat PKLI yang aneh-aneh. Ups, enggak salah sih, orang sayanya sendiri nerima tantangan PKLI di tempat yang jauh dari dugaan.

Nama dusun tempat kami kerja praktek adalah Sidowayah, kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Yang merupakan dusun dengan banyak orang yang mengalami keterbelakangan mental. Tidak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak pun juga banyak yang mengalaminya. Tidak ada penelitian lebih lanjut tentang penyebab pastinya, kenapa banyak yang mengidap keterbelakangan mental. Kalau berdasar hasil wawancara kita waktu itu dengan beberapa tokoh penting, penyebabnya beragam sih.

Dulu, ketika masa-masanya PKI, ada beberapa orang pelarian yang sampai di lereng gunung Rajegwesi dan mutuskan tinggal di sana. Cerita ini merupakan cikal bakal munculnya dusun ini. Karena kebutuhan biologis yang harus terpenuhi, banyak yang menikah dengan saudara sendiri atau incest. Ini yang menjadi masih banyaknya keterbelakangan mental. Bahkan menikah dengan saudara sendiri, saat kami di sana, masih ada lho. Meskipun pihak Dinas Kesehatan yang dibantu oleh Puskesmas sudah sering mengadakan penyuluhan.

Pendapat lain, penyebabnya karena kurangnya gizi yang mencukupi untuk warga dusun Sidowayah. Ini pengaruh dari pendapatan masyarakat setempat. Memang sih, saat sampai sana, kita terpaku. Tanahnya kering sekali, bahkan ada beberapa lokasi yang berkapur. Dan tanaman yang bisa tumbuh hanya ketela pohon, asam jawa dan jeruk. What? Berapa sih uang yang bisa dibawa pulang warga Sidowayah jika harga satu wadah asam hanya dihargai 15.000 ribu rupiah di pasar kecamatan, dengan ongkos sewa truk 2.000 ribu rupiah untuk jarak tempuk lebih dari 10 km? Itu tidak tiap hari lho. Seminggu truk hanya lewat tiga kali dan harus berebut dengan penjual asem jawa yang lain. Atau, penjualan jeruk lokal yang sekarung hanya sekitar 50.000 ribu rupiah saja dan kalah dengan penjualan jeruk impor.

Akhirnya, jeruknya kita juga yang petik, yang makan, sampai bosan. Hasilnya, kita malah enggak pernah sakit karena daya tahan tubuh baik.

Oke, oke, tentang Sidowayah, mungkin kita bahas di postingan tersendiri ya. Panjang dan lebar banget. Hihihi...

Saat itu, kita bagi tiga tim namun saling membantu. Lingkup psikologi sosial, kita punya tugas untuk membantu kesulitan belajar yang masih banyak dimiliki siswa di dua SD di Sidowayah. Lingkup psikologi klinis, meng-assasment penyebab keterbelakangan mental beberapa anak dan mencoba membuat program 'mandiri diri' dan memantau sejauh mana kemandirian anak tersebut bisa tercapai. Dan lingkup psikologi sosial, mengadakan penelitian tentang dinamika sosial yang terjadi di sana.

Menyenangkan? Sangat! Bahkan tak terlupakan. Saya tidak akan lupa bagaimana kami harus menempuh jalan makadam sejauh 5 km dengan motor dari SD satu ke SD yang lainnya karena kami haru mengadakan penyuluhan kesadaran pendidikan anak. Saya juga tak lupa, harus menyisir selang air yang mengalir dari sumber di kaki gunung, karena airnya tidak keluar karena sengaja disumbat, sehingga kami tidak bisa mandi dari pagi sampai sore. Saya juga tidak lupa kalau kami harus memincingkan mata kalau harus keluar malam hari, karena minim penerangan. Ya, daya sejumlah 220 volt, harus rela dibagi untuk tiga rumah *elus dada*.

Saya juga tidak lupa, saat kami luang, kami sempatkan ke RT yang lokasinya paling jauh dan harus naik bukit dengan jarak tempuh tiga jam *ukuran mahasiswa yang gak pernah naik gunung*. Saya juga tidak lupa, kami diajak makan burung dara kuah santan pedas oleh warga sebagai bentuk ucapan terima kasih. Ah.. tak terlupakan.

Selanjutnya, biar foto saja ya yang berbicara. 



Andika, salah satu anak retardasi mental


Bersama Sutris, anak retardasi mental yang lain. Dia berjalan dengan 'ngesot', tidak bisa berdiri


Jalannya udah mulus. Tapi di sisi lain, ada yang masih berbatu besar-besar 


Ini mau ke RT 11 yang pakai naik bukit dulu. Sampai, langsung terkapar di rumah pak RT


Perpisahan :(


"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 'Sweet Moment' yang diselenggarakan oleh UnTu"

Peran Orangtua Terhadap Penggunaan Mobile Internet pada Anak

| on
Senin, Agustus 05, 2013
http://craigpearce.info/marketing/mobile-web-is-more-important-than-apps-for-business-communication/

Teknologi saat ini sudah menjalari kehidupan kita sebagai usernya. Kenyamanan yang ditawarkan dari sebuah teknologi, mulai menjadi candu bagi sebagian orang. Bukan saja bagi orang dewasa saja, tapi juga bagi anak-anak. Dan salah satu teknologi yang mulai menjadi candu bagi anak-anak adalah internet.

Saat saya remaja dulu, internet diperkenalkan dalam bentuk PC dan masih belum banyak model modem yang ditawarkan oleh para penghasil teknologi. Sehingga hal ini memaksa saya (dan mungkin remaja lain seumuran saya) untuk mengenal yang dinamakan warnet jika ingin berinternet atau sekedar chatting di MIRC. Berbeda dengan anak-anak dan remaja saat ini. Semakin besarnya mobilitas manusia dan sedikitnya waktu luang yang dimiliki, memunculkan teknologi baru yang dinamakan mobile internet. Dan anak-anak mulai akrab dengan istilah itu.

Custom Post Signature

Custom Post  Signature