Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

Damar Kurung Festival 2016, Upaya Mengenalkan Damar Kurung kepada Anak Muda

| on
Kamis, Juni 23, 2016
Hidup harus berkarya, orang akan selalu menghargai karya kita sampai kapan pun meskipun kita sudah mati -Masmundari-
credit

Siapa Masmundari?
Nama lengkapnya adalah Sriwati Masmundari, yang dikenal sebagai pelukis damar kurung, yaitu salah satu jenis lentera asli Indonesia. 

Apa itu damar kurung?
Damar kurung merupakan lentera asli Indonesia yang terbuat dari kertas, yang memiliki rangka kayu berbentuk segi empat. Damar kurung tidaklah polos, tapi memiliki gambar-gambar khas dengan warna-warna yang cerah.

Karya Masmundari dikenal unik karena mengambil objek dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pesta pernikahan, lebaran atau penggusuran. Masmundari sendiri mulai dikenal oleh publik sejak karya damar kurungnya dipamerkan pertama kali di Bentara Budaya, Jakarta, pada tahun 1987. 

***

Itu sekedar pengantar ya, biar nggak bingung pas baca isi artikel ini selanjutnya.

***

Lalu, tanggal 17-19 Juni 2016 kemarin, ada acara menarik di Kampoeng Kebomas, Gresik. Nama Damar Kurung Festival, yang menampilkan 300 damar kurung, yang dipajang di sepanjang jalan Sunan Giri Gang 3, Kebomas. Tahun ini, Damar Kurung Festival mengusung tema ‘Decade of Masmundari’, yang tentunya acara ini masih digawangi oleh Novan Effendy. 


Acara Damar Kurung Festival ini sebenarnya adalah acara puncak dari seluruh rangkaian acara untuk memperingati satu dekade meninggalnya Masmundari. Saya pernah chat dengan mas Novan via BBM, acara mengenang Masmundari sebenarnya sudah dimulai akhir tahun lalu. Berbagai macam acara kebudayaan untuk membangkitkan kembali semangat Masmundari, tertata rapi. Seperti ziarah ke makam Masmundari, bincang-bincang budaya, melukis damar kurung bersama dan tentunya, Damar Kurung Festival.

Tahun ini, adalah tahun keempat Damar Kurung Festival diselenggarakan. Tapi, saya sendiri baru tiga tahun ini rutin menghadiri. Dan selalu mengajak suami dan Arya. Kalau tahun lalu, acara ini diadakan di WEP dengan lokasi yang lebih terbuka, tetapi berbeda konsepnya dengan tahun ini.

Saya pribadi sih melihatnya, tahun lalu Damar Kurung Festival ini diadakan di area yang lebih terbuka dengan tujuan ‘mengenalkan damar kurung kembali’ ke khalayak ramai. Rangkaian acara yang meriah dan melibatkan banyak aksi panggung, diharapkan mampu menarik masyarakat untuk hadir lalu mau mengenal kembali damar kurung sebagai salah satu seni di Gresik yang kian lama kian surut popularitasnya.


Kemudian, sasaran tahun ini tampaknya berbeda. Damar Kurung Festival tak lagi menyisir masyarakat luas, tapi anak muda sebagai sasarannya. Iya, anak muda. Yang mulai tergerus kearifannya dengan sinetron-sinetron gaul atau fashion-fashion yang tak ingin kalah dengan budaya barat. Konsep acaranya pun juga tampak sekali ingin mengikuti tren ala anak-anak muda yang sedikit-sedikit upload foto kekinian di instagram *ah, kayanya yang nulis juga suka main IG deh*.

Saya dan suami, dengan mengajak Arya dan Fatin, setelah terawih bergegas ke Kampung Kebomas di mana acara ini diselenggarakan. Bergegas, karena saat kami berangkat, air hujan sudah rintik-rintik turunnya. Tapi karena nggak yakin juga besok bisa datang apa tidak, dinekatkan juga ke sana Sabtu malam itu. Alhamdulillah, sampai lokasi, hujan belum turun. Bahkan sampai kami beranjak akan pulang.

Memasuki jalan Sunan Giri Gang 3, kami disambut dengan gapura besar dengan dasar putih yang menunjukkan keramahannya, menyambut pengunjung dengan tulisan ‘Selamat Datang’. Sayangnya, nggak saya potret, karena Kampung Kebomas ini tepat berada di pinggir jalan raya besar menuju makam Sunan Giri. Artinya ya, lalu lintasnya ramai. Belum lagi, saya menggendong Fatin.

Baca juga : [Liburan Murah] Ziarah ke Makan Sunan Giri di Gresik, Jawa Timur

Setelah memarkirkan motor, Arya bergegas masuk ke lokasi. Mengejar anak usia empat tahun itu di area umum, dengan menggendong bayi usia dua bulan, sebenarnya bisa bikin badan kurus *abaikan curcol yang ini*. Dari pintu masuknya saja, saya sudah memperkirakan, akan bagaimana jika semakin jauh saya dan keluarga menyusuri gang itu. Sok tahunya saya muncul karena dekat dengan pintu masuk, ada beberapa remaja yang masih sangat muda, menawarkan kami permainan slime yang beberapa waktu lalu sedang booming. 



Spot pertama yang jadi lokasi foto adalah mural wajah Masmundari. Sebenarnya, muralnya bagus banget buat foto-foto di situ, tapi karena ada dua remaja perempuan yang foto-foto nggak kelar-kelar dan nggak mau gantian, ya sudahlah, nggak bisa dapatkan wajah Masmundari sebagai background. Lanjut deh akhirnya buat eksplore lokasi. Tapi, nggak jauh dari mural Masmundari, ada spot di pertigaan gang yang juga pakai mural. Kemudian Arya teriak-teriak minta difoto ^_____^

Damar Kurung Festival 2016 ini sepertinya memang sengaja konsepnya dibuat ala-ala remaja kekinian. Sepanjang gang, hanya damar kurung dengan lampu warna kuning saja yang menjadi penerang. Disempurnakan pula dengan lebih dari 20 tenant yang menjual berbagai macam makanan atau barang-barang yang hampir semuanya dikelola oleh anak-anak muda. Tentunya dong, namanya anak muda, nggak mau stand jualannya standart gitu-gitu aja. Kesan gaul dan instagramable dimunculkan di masing-masing stand jualan. Sayangnya sih, kita yang basicnya hanya pegang kamera handphone, nggak bisa menghasilkan foto yang baik karena memang cahayanya betul-betul kurang. Etapi, karena pengunjungnya malam itu rata-rata adalah anak muda, ya sekurang apapun cahayanya, lewat aja buat selfie-selfie. LOL



Mendekati ujung gang yang lainnya, ada sebuah rumah bertuliskan Damar Kurung Institute. Dugaan saya sih, itu rumahnya mas Novan yang mana lantai bawahnya disulap menjadi area pameran damar kurung dan kumpulan informasi mengenai damar kurung. Sebelum pulang, saya mampir ke sana. Membaca berita-berita tentang Masmundari yang tercetak di berbagai koran nasional, memperhatikan beberapa karya damar kurung yang dibingkai di pigura besar, juga mengamati diskusi beberapa orang tentang makna gambar yang ada di dalam sebuah damar kurung yang diletakkan di atas sebuah lemari kayu kecil.


Hanya saja, sepertinya ‘open house’ Damar Kurung Institute ini nggak terlalu mengena di hati para pengunjung. Hanya beberapa orang saja yang antusias masuk ke sana, dan sepertinya mereka adalah penggiat-penggiat seni yang benar-benar ingin tahu tentang damar kurung. Ruangan pamerannya tidak terlalu besar, harus berdesakan jika benar-benar ingin melihat ada apa di sana. Belum lagi, penempelan berita-berita tentang Masmundari yang hanya sekedarnya saja di dinding ruangan. Ditambah lagi, peletakan damar kurung yang ada di dalam pigura yang hanya sekedarnya saja di lantai. Sehingga ketika ada orang yang ingin mengamati, harus duduk di bawah. Kemarin saja, saya harus bilang permisi dulu untuk membaca berita-berita tentang Masmundari karena ada dua orang yang membaca gambar di damar kurung yang sudah dipigura, dan mereka sedang asyik duduk di bawah. Sayanya mau berdiri di dekat mereka, berasa aneh saja. Atau, saya harus jongkok dulu saat Arya bertanya ini itu tentang warna-warna cerah yang ada di gambar damar kurung, padahal ketika itu kondisi ruangan sedang penuh.


Bukankah lebih enak jika pameran tentang Masmundari dan damar kurung ini diletakkan di luar ruangan, dengan penataan yang lebih ramah pengunjung? Sehingga tujuan awal untuk mengenang satu dekade meninggalnya Masmundari ini, juga mengenalkan seni damar kurung langsung dari pemerhatinya, bisa mengena di hati para pengunjung

Sebenarnya, di hari kedua ini, ada sebuah dialog interaktif dengan tema ‘Kampung sebagai ruang seni kolektif dan partisipatifpublik’. Tapi sayangnya, gerimis sudah turun yang memaksa kami berempat harus pulang lebih awal. Kasihan dua anak kecil ini kalau hujan kadung turun sedangkan kami belum pulang. Ya, meskipun akhirnya kami berempat kehujanan sih sebelum sampai di rumah.
Konsep yang berbeda dari Damar Kurung Festival 2016 ini, memang terbukti menarik banyak pengunjung, terutama para anak muda. Lebih dari 5000 pengunjung mendatangi acara ini yang terselenggara selama tiga hari dari pukul empat sore sampai pukul sepuluh malam. Meskipun bagi saya acara ini memiliki beberapa kekurangan, tapi jujur, acara ini selalu saya nantikan ketika Ramadhan tiba.

Bukan hanya sekedar damar kurung saja yang ada di acara ini dari tahun ke tahun, tapi lebih dari itu. Ada semangat untuk terus berkarya dengan harapan geliat-geliat karya ini makin dikenal di penjuru Gresik, bahkan di luar Gresik.
15 komentar on "Damar Kurung Festival 2016, Upaya Mengenalkan Damar Kurung kepada Anak Muda"
  1. Keren, Gresik ada acara seru. Saya sedih, Mojokerto kok nggak ada :')

    BalasHapus
  2. idenya bagus ya, suasanya dibuat ala ala anak muda biar banyak yang datang..unik ya acaranya zuh

    BalasHapus
  3. Festival Damar Kurung ini suasananya mirip-mirip pasar malam ya mbak? 5000 pengunjung dalam waktu tiga hari berarti rame banget. Penasaran mbak, foto-footnya kayaknya kurang nih, hehehe.

    BalasHapus
  4. Saya bahkan baru tau terkait lentera asli Indonesia. memang sudah semestinya budaya2 seperti ini terus diperkenalkan. Dan setuju juga, dengan menggandeng anak2 muda sebenarnya ikut juga memperluas budaya, agar menular pada pemuda pemudi lain untuk melestarikan budaya mereka yang mulai punah.

    BalasHapus
  5. Seru bgt festivalnya mak... blm pernah jln2 ke Gersik nih :)

    BalasHapus
  6. ow festival Damar Kurungnya keren, iya ya konsepnya lebih ke anak muda :D

    ahh ajak aku kesana Maak, kan emak muda juga niy (jiwanya) hahhaa

    BalasHapus
  7. pertama dengar kata damar kurung dulu waktu ibu Masmundari banyak diliput media karena lukisan2nya beliau yang natural
    hebat euy ibu ini..
    dulu sempat pengen banget punya damar kurung

    BalasHapus
  8. Aduh, senangnya bisa ke Festival Damar Kurung. Orang banyak yg ga tau ttg damar kurung ini ya mba, apa - apa soalnya lampion huhuhuuhu, padahal ini ngga kalah indah dibanding lampion. Ahhhh senangnya ada satu lagi wanita Indonesia yg jadi inspirasi. Thanks 4 share ya mba. Salam kenal.

    BalasHapus
  9. Seru banget nih acara, jadi pengen ke Gresik. 😁😁

    BalasHapus
  10. Mirip-mirip kayak lampion gitu yak Mbak. Awalnya saya pikir damar kurung itu sejenis nama kain batik atau baju tradisional.

    BalasHapus
  11. Woow seruuu...

    Sebuah festival yang menarik...

    Jujur aku baru di gresik ada festival damar kurung..

    Andaikan aku orang normal apa apa bisa melihat dan mendengar seperti orang normal ya. Bisa nulis dengan berbagai sudut pandang..

    Sipp.. Atas satu hal. Inspirasi barunya..

    #Mukhofas #Blogwalkingan

    BalasHapus
  12. Wih keren .... Pingin banget datang di acara kaya' gini. Memotivasi

    BalasHapus
  13. Jujur, ini pengetahuan baru bagi aku, lho, Mba Ria. Baru pertama kali dengar tentang Damar Kurung, kirain nama orang, ternyata lentera. Cantik, ya! Mirip lampion tapi ini bentuknya persegi seperti sangkar gitu ya? Terus kertasnya dilukis, kereen!
    Salut dengan penyelenggara dan konsep yang kini semakin up to date. Thanks for share, Mba. :)

    BalasHapus
  14. Aku kira damar kurung itu kurungan burung mbak :) tapi lebih jelas setelah baca, kmaren sempet denger info acara ini dr temen. Nice share, mbak! Btw mb, ada info GA di blog akuh, tasyakuran 1 th, kl mau ikutan, wkwk *sekalian

    BalasHapus
  15. Festival Damar Kurung ini diselenggarakannya di malam hari, karena objek utamanya ya lentera. Kalau mau mendatangkan orang luar Gresik ke festival ini, kudu mikirin pengunjungnya nginep di mana. Apakah di sekitar lokasi festival itu ada hotel? Kalau ada, hotelnya bisa dipesan online atau tidak? Hal-hal kecil kayak gitu yang perlu dipikirkan untuk membuat damar kurung jadi objek untuk pengunjung dari luar Gresik.

    BalasHapus

Jangan lupa kasih komen setelah baca. Tapi dimoderasi dulu yak karena banyak spam ^____^

Custom Post Signature

Custom Post  Signature