Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

Supaya Kulit Tidak Kusam, Pakai Hello Glow Series Dari Dermies

| on
Kamis, Oktober 29, 2020


Sebagai pemilik kulit wajah normal, saya cenderung tidak memiliki masalah kulit yang berarti. Sebuah hal yang patut saya syukuri ya. 

Tapi, ada dua masalah utama pada kulit wajah saya jika mau diperhatikan lebih lanjut, yaitu kulit kusam dan warna kulit tidak merata. Masalah ini sebenarnya tidak terlalu serius karena tidak memberikan bekas seperti jerawat pada kulit berminyak, atau kulit terasa perih pada kulit kering. Hanya saja, ketika kulit kusam menyerang datang, saya juga jadi kurang percaya diri. 

Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk mencoba Hello Glow Series dari #Dermies dan sudah mencobanya kurang lebih 4 minggu. Hello Glow Series ini memiliki manfaat untuk kulit kusam dan pelan-pelan akan memberikan efek mencerahkan pada wajah. 

4 Konsep Mengajarkan Keuangan Yang Sehat Pada Anak

| on
Minggu, Oktober 25, 2020

Bagaimana sih mengajarkan konsep keuangan yang sehat kepada anak?

Ini juga PR buat saya sama suami, karena Arya dan Fatin sudah mengerti fungsi uang itu apa. Menurut mereka, uang itu dipakai untuk berbelanja. See, benar kan? Iyalah, memang fungsi uang kan itu. 

Tapi apakah hanya berhenti di situ saja penanaman konsep tentang uang? Oh, tentu tidak. Mereka harus paham, dibalik fungsi uang yang berguna untuk transaksi jual beli, uang juga perlu digunakan secara bijak sehingga nanti bisa berguna untuk masa depan mereka. 

Nah, konsep kebergunaan ini sedikit tricky untuk diajarkan ke anak-anak. Iya dong, kita saja yang sudah dewasa ini belum sepenuhnya mengerti bagaimana menggunakan uang dengan benar (toyor diri sendiri yang masih suka kebablasan kalau ada diskon bertebaran di e-commerce). Itulah mengapa, mengajarkan konsep keuangan yang sehat ke anak itu tidak semudah menggesek ATM saat ada diskon. 

Do You Like Brahms? Dan 5 Hal Menarik Kenapa Kalian Harus Nonton Drama Korea Ini

| on
Jumat, Oktober 23, 2020


Berapa kali kalian nonton drama Korea romantis yang bikin kalian tersenyum, saat melihat pemeran utamanya tersenyum? Drama apa yang bikin kalian merasakan ada kupu-kupu di perut karena geli, akibat desiran yang terlalu kuat karena manisnya adegan di drama itu? Drama romantis apa sudah kalian tonton, yang para pemeran utamanya saling tertarik tapi terang-terangan bilang untuk saling menunggu waktu yang tepat menjalin kasih?

Itu semua bisa kalian rasakan saat nonton Do You Like Brahms?. Drama Korea romantis di tahun 2020 yang dikemas pakai karet tiga saking manisnya.


Details Drama Korea Do You Like Brahms? 
Title: 브람스를 좋아하세요? / Beuramseureul Joahaseyo?
Genre: drama, musik, romantis
Episodes: 32 (30’ per episode)
Hari Tayang: Senin dan Selasa
OST: Do You Like Brahms? OST 

Daftar Pemain Drama Do You Like Brahms? 
Park Eun Bin sebagai Chae Song Ah
Kim Min Jae sebagai Park Joon Young
Kim Sung Chul sebagai Han Hyun Ho
Park Ji Hyun sebagai Lee Jung Kyung 




Sinopsis Drama Do You Like Brahms?


Do You Like Brahms? berkisah tentang dua orang yang mendalami kemampuan bermain alat musik. Park Joon Young adalah pianis muda berbakat asli Korea yang baru saja menyelesaikan rangkaian solo concert di Amerika. Namanya dikenal setelah memenangkan juara dua di International Frederick Chopin Piano Competition. Dia memutuskan untuk istirahat selama satu tahun di Korea sekaligus untuk menyelesaikan studinya, sebelum melanjutkan kegiatan promosinya.

Kemudian dia bertemu dengan Chae Song Ah, perempuan cantik penyuka biola. Itulah mengapa dia memilih tidak mencari pekerjaan setelah lulus dari jurusan bisnis, tetapi malah mendaftar kembali untuk kuliah jurusan musik di universitas tempat Park Joon Young menempuh studi.

Romantisme mereka terjadi setelah mereka sering bertemu untuk mengerjakan proyek-proyek di Yayasan Budaya Kyunghoo. Kisah cinta mereka menjadi lebih rumit karena tidak hanya melibatkan dua hati, tapi juga melibatkan enam hati dalam satu rangkaian kisah.

Lalu, apa yang membuat saya jadi terbius dengan drama Korea ini dan meracuni kalian untuk nonton drama ini? Check this out ya! 


Baca juga :

5 ALASAN MENARIK NONTON DO YOU LIKE BRAHMS?

SCENE ROMANTIS DI SETIAP EPISODE

Namanya drama Korea romantis, ya wajib ada romantic scene dong di setiap episodenya. Tapi beda dengan Do You Like Brahms? ini, Manteman. Kalau kalian mau jeli perhatikan, too much banget romantic scene di drama ini. Too much

Saya sama mbak Tika Kotak Warna sama-sama setuju kalau drama ini memiliki sisi romantis yang masih alami, malu-malu, dan tidak neko-neko. Mbak Tika juga buat reviewnya lho, kalian bisa baca juga di sini. Saking cintanya kita sama drama ini. Hahaha. 


Kalian akan dibuat terlena dengan romantisme yang menggebu-gebu yang diperankan apik oleh para pemainnya. Yang membuat saya semakin tertarik adalah, meskipun kita digempur habis-habisan dengan romantisme antar pemainnya, kita tetap diberi dialog dan adegan-adegan yang santai tapi deep feeling. Sekalipun itu adegan pertengkaran atau adegan putus cinta.

Tidak heran, ada reviewer drama Korea yang saya follow di Instagram mengatakan, kalau drama ini santun banget isinya. Iya, iya, adegan gandengan tangan tokoh utamanya saja, baru bisa kalian lihat di episode 11. Padahal, episode-episode sebelumnya sudah bertabur adegan yang bikin kalian senyum-senyum sendiri saking bahagianya lihat mereka bersama.


RUWETNYA BENANG PERCINTAAN PARA TOKOH

Di sinopsis yang saya sampaikan tadi, kisah cinta Park Joon Young dan Chae Song Ah tidak semulus yang penonton kira. Ada banyak hati yang terlibat sehingga membuat banyak emosi yang keluar. Bahkan yang nonton ikutan greget lihatnya.


Kalau kata orang, yang rumit adalah cinta segitiga. Tapi di drama ini, ada cinta segi enam. Eh gimana itu ribetnya? Itulah kenapa romantisme dan konfliknya jadi semakin rumit dan sulit untuk diselesaikan. Belum lagi kalau menyangkut persahabatan dan profesionalisme dalam bekerja.

Tapi apa melelahkan mengikuti benang ruwet ini? Tidak kok! Penulis cerita sangat apik menggambarkan alur konfliknya sehingga tidak membuat penonton lelah terus-terus. Step by step penyelesaian masalah tergambar halus dan tidak terkesan tergesa-gesa terselesaikan.


ORANG BERBAKAT VS ORANG TIDAK BERBAKAT

Kebanyakan orang bilang, lebih enak menjadi orang berbakat karena sudah punya gambaran tentang masa depannya. Padahal anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Karena nyatanya, persaingan untuk mendapatkan masa depan yang nyaman itu sangat ketat. Persaingan itu dimulai bukan ketika kita sudah lulus sekolah, tapi malah semenjak kita masih sekolah.

Dan itu terlihat jelas sekali di drama Korea romantis Do You Like Brahms? ini. Ketika Park Joon Young bersaing untuk mendapatkan slot konser solo, juga Chae Song Ah yang empat kali gagal tes masuk saat bersaing untuk mendapatkan bangku kuliah di jurusan musik.

Bagi orang yang berbakat maupun yang tidak berbakat, keberhasilan itu ditentukan dari tekun tidaknya mereka belajar dan berlatih. Pesan ini sih yang saya tangkap dari drama Korea romantis yang masih sudah tamat hari Selasa, 20 Oktober 2020 kemarin.


FASHION LEAD FEMALE YANG PATUT DISONTEK

Ada yang bilang, bahkan perkara fashion di drama Korea pun, dipikir betul oleh stylish team-nya. Bukan hanya pemeran utama saja, tapi juga pemeran pendukungnya.

Seperti drama It’s Okay To Not Be Okay, yang mana perubahan fashion Moon Ga Young yang berubah dari episode awal menuju akhir karena mengikuti perubahan karakter dan kebebasan dia dari belenggu masa lalu.


Perkara fashion ini, juga tampak di drama Do You Like Brahms? juga. Silakan kalian perhatikan, kalau fashion Chae Song Ah ini sangat menonjol ketimbang para pemeran pendukungnya. Fashionnya meskipun vintage dan feminim, tapi berhasil memunculkan aura yang kuat dalam diri Chae Song Ah. Fashion ini membuat Chae Song Ah menjadi pusat perhatian penonton, meskipun dia memiliki berkepribadian kalem dan tidak banyak bicara.


HANYA SATU JAM? KURANG!!!

Kurang banget, Cyin!!! Atau saya yang terlalu terhanyut dengan cerita yang ditawarkan oleh drama ini?

Banyak yang bilang, kalau drama ini alurnya lambat. Iya memang, sejak episode awal sudah kelihatan sekali kalau alur drama ini memang lambat. Salah satu ciri dari drama Korea yang murni membahas tentang percintaan, dan konflik lain sebagai pelengkap saja. Ditambah lagi kita tidak disuguhi skin ship berlebih dari masing-masing pemeran di drama ini.

Tapi, efek kupu-kupu di perut saat melihat adegan romantis di drama ini, malah membuat saya terhanyut mengikuti dari menit pertama sampai menit terakhir (bahkan scene after creditnya!). Tidak terasa satu jam berlalu, dan saya hanya ingin bilang ke sutradaranya, tolong ditambah beberapa menit saja supaya saya lebih puas. Hahaha.






Cocok bagi Milennial, Berikut Pengertian dan Keunggulan Peer to Peer Lending

| on
Rabu, Oktober 21, 2020

Peer to Peer Landing


Sedang mencari dana untuk memulai bisnis di usia dini? Kalian yang belabelkan diri sebagai kaum milenial yang melek akan kesempatan berbisnis, tentu sering giat mencari cara untuk mendapatkan modal. Tidak perlu khawatir berkepanjangan ya, karena sudah hadir nih layanan peer to peer lending atau sering disebut P2P. Opsi ini sedang banyak digunakan di era super cepat ini.

Banyak pihak investment yang mengajukan opsi terbaru ini. Salah satunya Amartha, sebagai salah satu badan berbasis keuangan. Dengan menyediakan opsi sistem P2P, kalian tidak perlu mengikuti serangkaian langkah yang rumit untuk mencairkan uang modal yang kalian butuhkan. Masih asing dengan opsi pinjaman satu ini? berikut pemaparan singkatnya.


Pengertian Singkat P2P


Apa itu peer to peer lending? Fintech peer to peer lending atau biasa disebut lending atau juga P2P adalah salah satu opsi peminjaman uang yang melibatkan teknologi di dalamnya. Metode ini memungkinkan pihak peminjam dana, baik perorangan maupun badan usaha tertentu untuk menerima uang tanpa melakukan proses tatap muka.

Pihak peminjam dana akan memberikan dananya secara online begitu pula dengan proses lainnya yang juga melibatkan sistem online. Selain mempermudah, metode ini justru lebih fleksibel dilakukan kapanpun. Apalagi di jaman pandemi begini yang membatasi bertemu banyak orang kan? Untuk peminjam dana, kalian yang mengaku generasi milenial bisa lho memilih peer to peer terbaik sebagai alternatif pilihan. Ini dimaksudkan agar proses pinjaman lancar tanpa khawatir kemungkinan buruk mengikuti setelahnya.



Baca juga :


Kenapa Metode P2P Cocok Untuk Milenial?


Kalian yang merupakan generasi milenial tentunya ingin yang serba praktis, yang memungkinkannya tetap fleksibel melakukan apapun. Termasuk milenial yang hendak membuka bisnis dengan modal terbatas. Metode P2P dinilai cocok untuk milenial yang hendak merancang bisnis berskala kecil, menengah maupun besar. Kenapa metode ini cocok untuk para milenial? Berikut beberapa alasannya ya.

1. Proses Mudah

Pernah terbayang tidak sih dipikiran kalian, kalau ada proses peminjaman yang berbelit dan pada akhirnya dana modal malah tidak bisa dicairkan? Kalian bisa lho, menghindari kemungkinan buruk seperti itu dengan mencari penyedia dana modal terpercaya seperti Amartha. Dengan proses yang mudah, P2P ditawarkan untuk siapapun termasuk kalian para milenial yang sedang mencari modal usaha.


2. Fleksibel

Era yang serba cepat ini memungkinkan untuk siapapun dapat mengerjakan beberapa hal dengan efisien. Tidak perlu pulang pergi untuk mengecek dana bahkan menandatangani perjanjian secara langsung di kantor peminjaman. Karena serba online, metode P2P ini jadi tampak lebih mudah karena kefleksibelannya. Kalian tinggal memanfaatkan metode pinjaman ini.


3. Jaminan Aman Terpercaya

Sedang mencari opsi peminjaman dana untuk modal usaha? Baik untuk perorangan maupun badan usaha, metode P2P ini direkomendasikan oleh Amartha untuk kalian. Fintech atau lending ini juga sudah banyak menerima pengakuan sebagai metode yang aman dan terpercaya. Prosesnya yang tanpa pihak perantara membuat lending lebih aman dan tepat sasaran.


4. Hasil Memuaskan

Proses yang singkat dan juga tidak berbelit-belit, tentunya bisa memberikan kepuasan kepada pihak peminjam ya. Hasil memuaskan bisa langsung didapat sejak awal melakukan konsultasi. Hal ini dikarenakan sistem yang mudah dan familiar bagi kalian para generasi milenial. Dana pun bisa dipegang dan langsung memulai usaha.


5. Pemantauan Bisa Dilakukan secara Digital

Lending memanfaatkan teknologi berupa website atau aplikasi. Maka dari itu pemantauannya lebih mudah karena bisa memanfaatkan platform tersebut. Tidak perlu pulang pergi ke kantor pusat seperti halnya teknis pinjaman pada umumnya. Milenial dengan segala kesibukannya pasti bakalan lebih cocok dan langsung menyukai metode ini deh.
.
.
Jauh dari kata rumit, metode lending P2P ini ternyata juga cocok digunakan untuk milenial yang hendak memuali bisnisnya. Sistemnya yang fleksibel memungkinkan siapapun untuk lebih cepat mengejar target. Jangan takut untuk kehilangan kesempatan meminjam uang lewat metode ini, karena jangkauannya sangat luas dan didukung dengan teknologi yang terpercaya dan lebih fleksibel.




Custom Post Signature

Custom Post  Signature