Blog milik Ria Rochma, blogger Gresik, Jawa Timur. Tulisan tentang parenting, gaya hidup, wisata, kecantikan, dan tips banyak ditulis di sini.

Setelah Ujian Nasional Berlalu, Lalu Apa?

| on
Jumat, Mei 16, 2014
credit
Setelah Ujian Nasional Berlalu, Lalu Apa? - Ujian Nasional tingkat SMA dan SMP sudah berlalu, tinggal menunggu siswa SD melawatinya pada tangal 19 Mei nanti. Saya dan para guru tingkat SMA dan SMP bolehlah sedikit bernafas lega meskipun kami masih dicerca kekhawatiran menanti hasil Ujian Nasional keluar juga khawatir menanti kabar siswa kami akan melanjutkan di mana setelah lulus nanti.

Tapi apa hanya itu saja yang harus menjadi fokus? Guru mempersiapkan siswanya untuk menghadapi Ujian Nasional, dengan harapan mendapatkan hasil yang memuaskan dan setelah lulus bisa memasuki sekolah lanjutan dengan grade yang baik Apa hanya semudah itu?

Saya rasa nggak. Begitu saja lho, nggak semudah yang dibayangkan. Saya terus perhatikan bagaimana rekan-rekan kerja saya mempersiapkan materi-materi lalu mengajarkannya pada siswa saya dengan perasaan nggak menentu. Kadang diantara mereka ada yang sangat yakin hasil proses pembelajarannya akan berhasil, kadang pula kekhawatiran menyelimuti saat beberapa siswa masih belum paham dengan materi yang disampaikan. Jika waktu kedatangan Ujian Nasional masih jauh, kami masih bisa bercanda lepas setelah mengajar. Tapi kalau waktu Ujian Nasional sudah diambang batas, seringkali emosi negatif yang keluar. Bukan hanya guru pengajar mata pelajaran yang di-Ujian Nasionalkan saja yang diliputi kegalauan tingkat dewa seperti itu. Bahkan guru mata pelajaran lain juga begitu, pun pula saya yang mengampu mata pelajaran Bimbingan Konseling. Dan situasi seperti ini tidak saya rasakan saat mengajar di kelas 9 saja, tapi juga saat saya mengajar siswa kelas 7 dan 8.

Bukan hanya guru, siswa pun begitu. Saya tahu, pada dasarnya mereka khawatir, khawatir nilainya jelek, khawatir nggak lulus, khawatir ngga masuk sekolah dengan grade yang bagus dan sesuai dengan keinginan mereka. Hanya saja, mereka lebih pintar menyembunyikan kekhawatirannya karena mereka memiliki banyak teman dan mengganti kekhawatiran mereka dengan candaan. Beberapa siswa saya sangat ketara sekali saat stres datang. Ada yang sampai masuk rumah sakit, pingsan, badannya jadi kurus, bahkan sampai berulah dan membuat guru-gurunya jadi geram.

Tapi apa hanya itu saja?

Bagaimana dengan mata pelajaran lain yang tidak di-Ujian Nasionalkan? Yang akhirnya seringkali dikesampingkan oleh siswa. Padahal, semua mata pelajaran itu penting sebenarnya bagi siswa. Lalu, bagaimana dengan siswa yang ternyata memiliki kemampuan lebih di mata pelajaran yang tidak di-Ujian Nasionalkan tetapi memiliki kemampuan rendah di mata pelajaran yang di-Ujian Nasionalkan? Seringkali mereka dianggap tidak pandai.

Lalu, bagaimana dengan isu pendidikan karakter yang katanya lebih dikedepankan?

Saya miris, melihat banyaknya kasus kriminal yang terjadi di dunia pendidikan atau pelakunya masuk dalam lingkup pendidikan. Masih segar diingatan saya tentang seorang siswa SD yang meninggal karena dianiaya kakak kelasnya karena menjatuhkan makanan milik kakak kelasnya. Juga tentang kasus pencurian naskah soal Ujian Nasional yang dilakukan para kepala sekolah dan para guru di Lamongan. Juga kasus tawuran antar siswa yang marak diberitakan setahun yang lalu. Dan kasus-kasus lainnya.

Oh iya, bagaimana pula dengan masuknya nama salah satu capres dalam soal Ujian Nasional? Yang dikabarkan karena adanya keinginan untuk kampanye secara terselubung untuk memenangkan di pemilu capres tahun ini. Cerita yang ini, sedikit membuat geger. Katanya lho ya, pembuatan naskah Ujian Nasional sudah dibuat jauh-jauh hari sebelum masa kampanye lagi panas-panasnya. Tapi kok ya, namanya dah muncul di naskah soal? Nah lho, gimana coba penjelasannya?

Ah, pagi-pagi gini saya sudah ngoceh-ngoceh nggak jelas soal Ujian Nasional. Inginnya saya sebagai guru yang terjun langsung di lapangan, mbok ya kelulusan itu serahkan saja pada kebijakan masing-masing sekolah. Kan ya, sekolah A, B, C dan seterusnya itu memiliki siswa dengan kemampuan yang beragam. Bagaimana bisa semua siswa di Indonesia itu menyelesaikan 50 butir soal dengan tingkat kesulitan yang sama? Kenapa pula, mata pelajaran yang mengedepankan pembentukan perilaku yang positif, malah diberi jumlah jam pelajaran yang sedikit?

Setelah Ujian Nasional Berlalu, Lalu Apa? Semoga saja, setelah adanya kasus yang selalu mengiringi penyelenggaraan Ujian Nasional, pemerintah lebih peka dan memilih ujian kelulusan yang lebih mengedepankan kemampuan masing-masing siswa. Amin.
16 komentar on "Setelah Ujian Nasional Berlalu, Lalu Apa?"
  1. Kekhawatiran seperti itu wajar dan merupakan wujud tanggung jawab seorang guru Jeng.
    Yang penting sudah bekerja dengan ikhlas dan sungguh2, hasilnya ya tawakal.
    Semoga hasilnya baik.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kami para guru bisa lebih bertanggung jawab dan ikhlas buat ngajar, pakdhe. amin. *tangkupkan tangan*

      Hapus
  2. yup, saya setuju mbak, seharusnya UN tidak boleh membuat siswa stress, kan tujuan UN hanya untuk mengukur kemampuan siswa. Semoga kedepannya pendidikan kita akan lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin, amin..
      saya sih berharap, pemerintah ke depan bisa mencari sistem yang lebih baik untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih menguntungkan siswa :)

      Hapus
  3. perasaan,dulu pas q UN,kebetulan UN pertama 2003 biasa2 aja nggak berasa horor banget,beda sama sekarang yang kayaknya jadi momok yang menakutkan banget....takut khawatir nggak lulus,kalo nggak lulus ikut ujian beda..nah ini nih yg bikin anak stres,kadang kasihan tapi miris juga,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. setelahmu, aku, Is. dan seingatku dulu, kita nggak sedeg-degan sekarang sih. memang, dulu sempat KO tiap minggu try out. tapi ya oke-oke aja tuh

      Hapus
  4. SEmoga saat giliran kaka dan sean UN nanti sudah dihapuskan dan diganti aturan baru, gak pake UN-UN nan mak #Eh :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga berharapnya gitu, mak. kasihan itu anak-anak, kena standart tinggi tapi belum tentu nilai perilakunya baik :(

      Hapus
  5. Menurutku ngga masalah ada nama Jokowi masuk di soal, jadinya malah diganti, dan kacau soalnyaaa. Adikku dapat soal yang soal sama pilihan jawabannya nggak nyambung. Ternyata kalau di Jakarta dikasih ralat, adikku di Jogja ga dikasih ralat, kasian :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. di gresik dapat ralat, tapi sempat ribet juga sih :(

      Hapus
  6. belum selesai ya mbak kalau hadil belum di umumkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belom Mama Calvin..
      SMA besok (20/5), SMP (17/6).
      Malah belum selesai kalau mereka belum masuk sekolah lanjutan. Gurunya masih degdegan terus :)

      Hapus
  7. UN sekarang memang kacau balau katanya mba
    Sudahlah soalnya terlampau susah, opsi soal banyak, tapi aksi kecurangan tetep ada
    Konon katanya UN sudah dihapus oleh MK tapi tetep saja diadakan sampai sekarang
    *lucunya negaraku

    BalasHapus
    Balasan
    1. pokoknya kacau balau tiap tahun. harusnya hapus saja #eh

      Hapus
  8. setiap mo UN selalu heboh gini.. pemberitaan gencar, rasanya kalo nggak lulus dunia tuh selesai, soal dikawal polisi, gimana anak2 nggak pada stress tu? kasian anak2 dibuat bahan percobaan pemerintah terus... smeoga aja hasilnya tahun ini nggak mengecewakan ya cikgu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak..
      anak-anak ujian sambil ditunggui polisi, meskipun di kantor, itu kan udah nggak nyaman.

      semoga ke depan ada tes kelulusan yang lebih baik lagi sistemnya.

      Hapus

Jangan lupa kasih komen setelah baca. Tapi dimoderasi dulu yak karena banyak spam ^____^

Custom Post Signature

Custom Post  Signature